Suara.com - Jauh sebelum viral karena menghina penjual es teh, Miftah Maulana ternyata mengaku bahwa dirinya memang sengaja berbicara kasar dan tidak mengenakkan saat ceramah. Pengakuan Gus Miftah ini terungkap setelah jejak digitalnya viral di TikTok.
Salah satunya dibagikan oleh akun TikTok @/bocil_reserse48. Dalam video, Miftah tampak sedang melakukan kajian di sebuah sekolah. Seorang siswi SMA kemudian bertanya alasan Miftah sering berbicara kasar saat ceramah.
"Nah, Gus Miftah ini kan seorang kyai. Nah, prinsip Gus Miftah ini kok masih ngomong kasar itu gimana?" tanya siswi SMA ini dalam video seperti dikutip Suara.com, Kamis (12/12/2024).
Mendengar itu, Miftah langsung memberikan jawaban menohok. Tentu jawabannya ini dapat dinilai berbeda setiap orang: candaan atau olok-olokan.
Baca Juga: Budayawan Ini Sebut Gus Miftah Tak Berhak Menyandang Gelar 'Gus': Sekolahnya Aja Gak Beres
"Hmm, soale sing tak hadapi rupa-rupa koyo awakmu (Karena orang yang aku hadapi itu wajah-wajah seperti dirimu)," celetuk Miftah.
Setelah melontarkan kalimat di atas, Miftah kemudian memberikan penjelasan dengan lebih serius. Ia mengaku memang sengaja berbicara kurang mengenakkan saat ceramah demi bisa dekat dengan kaum marjinal.
"Jadi begini nduk, tempat itu ada pendapatnya, pendapat itu ada wadahnya, kira-kira begitu," ucap Miftah dalam ceramahnya.
"Saya bilang begini, kebiasaan saya ngomong agak gak enak itu sengaja untuk membuat saya dekat dengan kawan-kawan saya kaum marjinal," sambung mantan Utusan Khusus Presiden ini.
Dalam kesempatan ini, Miftah juga menceritakan 2 pengalaman di masa lalunya yang membuat ia berceramah dengan bahasa kasar. Pengalaman ini berkaitan dengan kaum marjinal, salah satunya adalah pekerja seks komersil (PSK).
Baca Juga: Sindir Netizen Penghujat, Gus Iqdam Ungkap Bahwa Dirinya Mendoakan Penjual Es
"Jadi dulu itu saya pernah ngaji yang dibaca ayat itu hadits. Mereka langsung bilang sama saya, 'Gus, besok enggak usah ngaji aja ya. Pusing saya dengar kayak gitu hlo.' Itu satu. Yang kedua, saya pernah digituin sama orang gara-gara salaman sama mbak-mbak PSK. Salaman, sungkem sama saya selesai ngaji. (Dibilang) bukan muhrim kok salaman," cerita Miftah.
"Dulu gara-gara saya gak mau salaman, mereka memutuskan untuk tidak mau ngaji. 'Gak usah ngaji, kyainya sok suci'. Saya mendingan salaman, nerima salaman mereka tapi mereka mau ngaji, daripada saya tidak salaman dan mereka tidak mau ngaji," tambahnya.
Miftah lantas menjelaskan bahwa bahasa-bahasa kurang mengenakkan yang sering dilontarkannya akibat terbiasa berinteraksi dengan kaum marjinal. Namun, kata Miftah, ia tetap tidak pernah menyinggung hati mereka.
"Nah, bahasa-bahasa saya, nduk, itu terbiasa dengan ketemu mereka. Tapi demi Allah demi Rasullah, saya ngaji selama 23 tahun bersama mbak-mbak di sana, nggak sekalipun saya dihadapan mereka memanggil l*nt*, enggak akan mungkin," pungkas Miftah Maulana.