"Temuan ini sangat penting, karena menunjukkan bahwa jabat tangan saat interaksi sosial tidak hanya dapat meningkatkan dampak positif dari kesan yang baik tetapi juga dapat mengurangi dampak negatif dari kesan buruk," beber peneliti Florin Dolcos dan Sanda Dolcos dari University of Illinois.
Secara khusus, evaluasi positif dari perilaku pendekatan dan dampak positif dari jabat tangan terkait dengan peningkatan sensitivitas pada amigdala dan sulkus temporal superior (STS).
Amigdala adalah bagian otak yang berfungsi untuk pemrosesan emosi, sedangkan STS berperan dalam pemrosesan ucapan, persepsi sosial dan integrasi pendengaran maupun penglihatan.
"Banyak interaksi sosial kita mungkin salah karena suatu alasan atau yang lain. Namun jabat tangan sederhana dapat memberi kita dorongan dan melemahkan dampak negatif dari kemungkinan salah paham," sambungnya.