![Ray Sahetapy meninggal dunia. [Dok. Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/03/60881-ray-sahetapy.jpg)
Tak hanya aktif di dunia seni peran, Ray Sahetapy juga sempat menjadi pengajar di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Dedikasinya di dunia perfilman menjadikannya salah satu aktor kawakan yang dihormati.
Ray Sahetapy bernama asli Farence Raymond Sahetapy. Dia lahir 1 Januari 1957 di Donggala, Sulawesi Tengah dan meninggal pada Selasa (1/4/2025) di Jakarta.
Ray Sahetapy menikah dengan Dewi Yull pada 16 Juni 1981 dan dikaruniai empat anak, yaitu Gizca Putri Sahetapy, Rama Putra Sahetapy, Panji Surya Sahetapy, dan Mohammad Raya Sahetapy. Namun, setelah 23 tahun bersama, Ray dan Dewi Yull resmi bercerai pada 24 Agustus 2004.
Ray Sahetapy memulai debut aktingnya pada 1980 melalui film "Gadis", yang menjadi awal perjalanan kariernya di industri perfilman Indonesia. Dalam film tersebut, ia pertama kali beradu akting dengan Dewi Yull yang kemudian menjadi istrinya.
Pada 1988, Ray membintangi film "Noesa Penida", yang membawanya masuk dalam nominasi Aktor Terbaik di Festival Film Indonesia 1989. Sejak saat itu, namanya semakin dikenal dan ia terus berkarya di dunia seni peran.
Saat industri film mengalami mati suri, Ray tetap berkarya dengan membangun sebuah sanggar teater. Dedikasinya dalam dunia seni tetap terjaga, menjadikannya salah satu aktor yang dihormati di Indonesia.
Ray Sahetapy meninggalkan jejak mendalam dalam dunia hiburan Indonesia. Perjalanan karier dan kehidupannya akan selalu dikenang sebagai bagian dari sejarah perfilman tanah air.
Dari Pernikahan Beda Agama hingga Menjadi Mualaf
Aktor senior Ray Sahetapy dikenal tidak hanya karena kiprahnya di dunia perfilman, tetapi juga perjalanan spiritualnya yang penuh tantangan.
Mendiang sempat menjalani pernikahan beda agama dengan mantan istrinya, Dewi Yull, sebelum akhirnya mengambil keputusan besar untuk menjadi mualaf.
Saat mereka menikah, Ray Sahetapy diketahui menganut agama Kristen, sementara Dewi Yull adalah seorang Muslim.
Perbedaan agama ini sempat menjadi hambatan besar dalam hubungan mereka. Keluarga Dewi Yull disebut-sebut tidak memberikan restu karena keyakinan yang berbeda.
Meski demikian, keduanya tetap melangsungkan pernikahan dan dikaruniai empat orang anak.
Pada tahun 1992, Ray Sahetapy membuat keputusan besar dengan memilih menjadi mualaf. Keputusan ini sempat tidak banyak diketahui publik hingga akhirnya Dewi Yull mengungkapkannya dalam sebuah wawancara.
Dalam pernyataannya, Dewi Yull mengungkapkan bahwa meskipun sang ibu memberikan restu, ayah dan keluarga besarnya tetap menolak pernikahan mereka. Hal ini menjadi tantangan besar dalam perjalanan rumah tangga mereka.