Hal itu dikarenakan adanya kependudukan Napoleon di Roma. Kapel Sistina saat konklaf diperiksa untuk memastikan tidak ada alat penyadap. Usai terpilih, Paus baru akan menjalani penobatan dan memulai tugasnya.
Tata Cara Konklaf
Setelah masa kekosongan tahta kepausan, administrasi Gereja sementara dipegang oleh The Camerlengo hingga Paus baru terpilih. Lalu, para Kardinal berkumpul di Kapel Sistina yang dikunci untuk menjaga kerahasiaan.
Konklaf dilakukan berulang kali hingga seorang kandidat memperoleh 2-3 suaea. Proses ini dapat berlangsung beberapa hari, bahkan sampai berminggu-minggu. Proses ini dilaksanakan dengan cara yang terstruktur.
Setiap Kardinal menerima selembar kertas suara berbentuk persegi panjang yang bertuliskan seperti 'Eligio in Summum Pontificem'. Ini menegaskan pilihan mereka merupakan bagian dari panggilan Tuhan.
Usai menuliskan nama calon pilihan secara rahasia, setiap Kardinal lalu melipat kertas suara dengan hati-hati sebelum dimasukkan ke dalam wadah khusus. Setelah itu, kertas suara akan dibakar dalam sebuah tungku khusus.
Asap berwarna hitam menandakan belum ada Paus yang terpilih, sedangkan asap putih menunjukkan sebaliknya. Kemudian, Dekan Kardinal akan menanyakan kesediaan kandidat terpilih untuk menerima jabatan.
Apabila setuju, kandidat itu perlu memilih nama kepausannya. Setelahnya, pengumuman resmi dilakukan dengan prosesi 'Habemus Papam!' (Kami memiliki Paus!) yang menjadi penutup momen konklatf.
Konklaf sendiri menekankan kerahasiaan dan kebebasan dalam pengambilan keputusan. Adapun paus terpilih harus merupakan seorang pria yang telah dibaptis dan punya pengalaman sebagai pemimpin spiritual.
Baca Juga: Apa yang Terjadi Usai Paus Meninggal Dunia?
Selain itu, calon yang terpilih perlu diangkat menjadi uskup jika belum memiliki jabatan tersebut. Pasalnya, otoritas tertinggi dalam Gereja hanya bisa diemban oleh seseorang yang sudah menjalani tahbisan secara sah.