Kisah Pilu Alya Nugroho: Alami Patah Tulang di Tiga Titik Usai Bermain Wahana Air di Jogja

Dinda Rachmawati Suara.Com
Sabtu, 26 April 2025 | 15:49 WIB
Kisah Pilu Alya Nugroho: Alami Patah Tulang di Tiga Titik Usai Bermain Wahana Air di Jogja
Kisah Pilu Alya Nugroho: Alami Patah Tulang di Tiga Titik Usai Bermain Wahana Air di Jogja (Instagram)

Suara.com - Libur Lebaran 2025 seharusnya menjadi momen penuh kebahagiaan bagi seorang wanita bernama Alya Rezky Nugroho dan keluarganya. 

Dengan semangat tinggi, Alya mengajak keluarganya berlibur ke salah satu wahana air terbesar di Yogyakarta, bahkan mengundang seorang teman untuk ikut meramaikan suasana. 

Namun, liburan yang awalnya penuh dengan tawa, tiba-tiba berubah menjadi tragedi yang membekas dalam hidupnya.

"Awalnya seru banget. Aku, adikku, dan temanku nyobain hampir semua wahana," ungkap Alya seperti Suara com kutip di postingan @updatejogja24jam Sabtu (26/4/2025).

Salah satu wahana yang mereka favoritkan adalah Volcano Coaster — wahana seluncuran air yang menawarkan sensasi kecepatan dan tikungan tajam.

Namun, kesenangan itu berakhir tragis saat percobaan keempat. Debit air tiba-tiba meningkat drastis, menghantam ban yang mereka tumpangi. Teman Alya dan adiknya terpental lebih dulu, meluncur tanpa ban, sementara ia tetap terguncang di atas ban, terombang-ambing tanpa kendali.

"Aku kelempar ke sana kemari, kepalaku kebentur-bentur, bahuku sakit banget," kenang Alya. "Aku dengar suara mereka minta tolong, tapi pandanganku mulai gelap."

Hingga akhirnya, Alya juga terpental dari ban, jatuh dengan posisi kepala dan bahu lebih dulu menghantam permukaan seluncuran. Ia terduduk lemas, tak mampu menggerakkan tangan kirinya sama sekali. 

Ketika dilarikan ke klinik dan kemudian dirujuk ke rumah sakit, hasil rontgen memperlihatkan kenyataan pahit, patah tulang di tiga titik plus satu dislokasi serius.

Baca Juga: Viral Curhatan Polos Bocah SD ke Prabowo Soal Jalan Rusak Berlumpur: Kapan Jalan Dibangun, Pak?

"Sakitnya luar biasa. Mau nafas aja rasanya sakit," ujarnya getir. Tulang yang patah bahkan sampai masuk ke struktur tulang lain, memperparah kondisi.

Tangis sang ibu pecah melihat kondisi putrinya. Sementara sang ayah hanya bisa membisu, terkejut dan hancur menyaksikan putrinya terluka parah di tengah keterbatasan ekonomi keluarga. 

Alya sendiri langsung dihantui kekhawatiran tentang pekerjaan, tanggungan, dan masa depannya. Saat itu, kata dia dokter menyarankannya untuk menjalani operasi besar.

Wahana air tersebut menawarkan solusi, menanggung biaya operasi besar, namun dengan syarat berat — keluarga Alya harus menandatangani surat perjanjian untuk tidak memviralkan kejadian tersebut. 

Dalam perjanjian itu disebutkan bahwa yang ditanggung hanya operasi dan rawat inap, sedangkan rawat jalan dan kontrol pasca operasi harus ditanggung sendiri.

"Dengan sangat terpaksa, papa tanda tangan. Kami gak punya pilihan lain," tutur Alya.

Usai operasi, Alya berusaha mengaktifkan BPJS dengan membayar tunggakan lebih dari dua juta rupiah. Namun, harapannya pupus. Karena kecelakaan terjadi di tempat wisata, sehingga BPJS tak bisa digunakan. 

Alya pun terpaksa berutang untuk membayar biaya kontrol dan perawatan luka. Di tengah kondisi serba sulit, sang ibu menjadi pahlawan tanpa tanda jasa, mengantar Alya kontrol rutin ke rumah sakit dengan motor kecil satu-satunya yang mereka miliki.

Tak berhenti di situ, Alya mencoba menghubungi kembali pihak yang dirasa bertanggungjawab atas kondisi yang ia alami untuk meminta bantuan tambahan. 

Namun, yang didapatnya hanyalah jawaban template tanpa solusi nyata. Lebih menyakitkan lagi, belum genap sebulan setelah insiden Alya, kabar tentang korban lain yang mengalami patah tangan di wahana yang sama pun terdengar.

Alya pun akhirnya bersuara lantang di media sosial, mengungkapkan semua kronologi kejadian, penderitaan yang dialaminya, serta harapannya agar pihak wahana rekreasi air tersebut bertanggung jawab sepenuhnya atas kelalaiannya.

Klarifikasi

Menanggapi viralnya kisah Alya, pihak wahana air tersebut mengeluarkan klarifikasi resmi. Dalam rilis tersebut, mereka menyatakan keprihatinannya atas kejadian ini, sekaligus menegaskan bahwa pihaknya telah memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk keamanan wahana. 

Mereka juga sudah mengklaim bahwa tanggung jawab pengobatan sudah diambil hingga pasien dinyatakan pulih dan dipulangkan.

Namun, dalam kenyataan yang dialami Alya, pernyataan tersebut terasa jauh dari realitas di lapangan. Biaya kontrol, perawatan luka lanjutan, dan pemulihan jangka panjang sepenuhnya menjadi beban korban.

"Aku cuma minta pihak waterboom punya hati," kata Alya lirih. "Kami datang untuk senang-senang, tapi pulangnya bawa luka dan beban hidup yang makin berat."

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI