Tak bisa dipungkiri bahwa gaya khas Dedi Mulyadi dengan totopong di kepalanya menjadi bagian penting dari personal branding-nya. Ia berhasil membangun citra sebagai tokoh yang bersahaja, membumi, dan dekat dengan rakyat. Totopong menjadi ciri khas visual yang membedakan dirinya dari tokoh politik lainnya.
Konsistensi dalam penampilan ini memperkuat kesan bahwa Dedi bukan sosok yang hanya ikut tren, tetapi memiliki prinsip yang jelas dan komitmen terhadap apa yang diyakininya. Di tengah dunia politik yang sering dianggap penuh pencitraan, penampilan Dedi memberikan nuansa yang berbeda dan lebih autentik.
4. Makna Filosofis Totopong
Dedi Mulyadi sering menjelaskan bahwa totopong bukan sekadar kain yang diikat di kepala. Di balik bentuk dan cara memakainya, totopong memiliki makna filosofis yang dalam. Ikat kepala melambangkan pengendalian diri, disiplin, serta kesiapan untuk berjuang demi kepentingan orang banyak.
Dalam budaya Sunda, bagian totopong yang melilit kepala melambangkan kekuatan berpikir dan keteguhan pendirian. Totopong juga menjadi simbol bahwa seseorang telah “mengikat” dirinya untuk berbuat kebaikan dan menjauhi kesombongan.
Dengan memakai totopong, Dedi seolah mengikat dirinya secara moral dan budaya untuk senantiasa berpihak pada rakyat kecil dan menjaga nilai-nilai luhur yang diwariskan leluhur.
5. Inspirasi bagi Generasi Muda
Alasan lain kenapa Dedi Mulyadi suka pakai ikat kepala (totopong) adalah untuk menjadi inspirasi bagi generasi muda agar lebih mencintai budaya sendiri. Di tengah gempuran budaya populer asing, penting bagi anak muda untuk memiliki panutan yang membanggakan nilai-nilai lokal.
Diharapkan, lewat penampilannya yang konsisten dan penuh makna, anak muda bisa mulai mengenal, memahami, dan akhirnya ikut melestarikan warisan budaya Nusantara, terutama budaya Sunda.
Baca Juga: Bangga Jadi Talent Promosi Pinjol, Aura Cinta Tegas Tak Dukung Praktik Pinjaman Online
Menjawab pertanyaan kenapa Dedi Mulyadi suka pakai ikat kepala (totopong), jawabannya lebih dari sekadar alasan estetika atau kebiasaan pribadi. Totopong bagi Dedi adalah simbol budaya, perlawanan terhadap dominasi budaya asing, sarana membangun identitas, serta ajakan moral bagi masyarakat untuk kembali mencintai akar budayanya.