Infografis
Suara.com - Tradisi dan kepercayaan Jawa memiliki sistem penanggalan unik yang dikenal dengan weton. Weton adalah gabungan antara hari masehi dan pasaran dalam kalender Jawa, yang dipercaya memengaruhi kepribadian, rezeki, jodoh, bahkan nasib seseorang.
Salah satu weton yang menarik untuk dibahas adalah Selasa Kliwon, yang menurut Kitab Primbon Jawa memiliki makna mendalam dan simbol-simbol kehidupan yang khas.
Menurut perhitungan dalam primbon Jawa, weton Selasa Kliwon memiliki neptu 11, yang berasal dari penjumlahan nilai hari Selasa (3) dan pasaran Kliwon (8). Nilai neptu ini menjadi dasar untuk membaca karakter, potensi rezeki, karier, hingga kecocokan jodoh seseorang.
Watak dan Kepribadian Weton Selasa Kliwon
Dalam primbon Jawa, orang yang lahir pada Selasa Kliwon memiliki watak yang kuat, penuh semangat, namun cenderung keras kepala.
Mereka digambarkan sebagai sosok tegas, berani, dan tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain. Mereka cenderung idealis, dan memiliki prinsip hidup yang sulit digoyahkan.
Namun, sisi negatifnya, mereka juga bisa menjadi pribadi yang mudah tersinggung, cenderung egois, dan suka menyendiri.
Kecenderungan untuk menyimpan masalah sendiri sering kali membuat mereka terlihat misterius atau tertutup, meskipun sebenarnya mereka adalah orang yang peduli dan setia.
Sifat dominan ini membuat mereka cocok menjadi pemimpin, penggerak komunitas, atau seseorang yang menonjol dalam kelompok sosial. Namun, untuk mencapai harmoni, mereka perlu belajar mendengarkan dan memahami sudut pandang orang lain.
Baca Juga: Mencari Hari Baik Beli Mobil di Bulan Mei 2025? Ini Rekomendasi Menurut Primbon Jawa
Rezeki dan Karier
Berdasarkan kitab primbon, rezeki orang Selasa Kliwon tergolong baik, meski tidak selalu datang dengan mudah. Mereka perlu bekerja keras dan bersabar dalam meniti karier. Dalam perjalanan hidupnya, ada masa pasang surut yang harus dilalui, terutama ketika berada di usia 30–40 tahun.
Namun, dengan tekad dan semangat pantang menyerah, mereka bisa mencapai kemapanan di usia 40-an. Profesi yang cocok antara lain pengusaha, pemimpin organisasi, pengacara, guru, atau militer. Keberhasilan biasanya datang dari usaha mandiri, bukan dari warisan atau bantuan orang lain.
Selasa Kliwon juga dikenal sebagai weton yang memiliki energi spiritual yang kuat. Oleh karena itu, mereka juga cocok menekuni bidang yang berkaitan dengan kebatinan, pengobatan alternatif, atau menjadi penasihat spiritual.
Percintaan dan Jodoh
Dalam urusan cinta, Selasa Kliwon termasuk pribadi yang setia dan serius dalam menjalin hubungan. Mereka tidak mudah membuka hati, namun sekali mencintai akan sangat mendalam.
Namun, karena sifat keras kepala dan ego yang tinggi, hubungan percintaan kadang bisa berjalan penuh konflik jika tidak ada komunikasi yang terbuka.
Primbon Jawa menyebutkan bahwa pasangan yang paling cocok untuk weton ini adalah mereka yang memiliki neptu antara 12 hingga 15, misalnya yang lahir pada Jumat Pon, Senin Legi, atau Rabu Wage. Kombinasi ini dipercaya membawa harmoni, kemakmuran, dan panjang umur dalam rumah tangga.
Sebaliknya, Selasa Kliwon kurang cocok jika berjodoh dengan weton yang memiliki neptu 11 atau 16, karena dikhawatirkan akan timbul konflik batin yang berkepanjangan, dan rezeki dalam keluarga tidak lancar.
Nasihat dan Laku Spiritual
Karena kekuatan spiritualnya tinggi, orang Selasa Kliwon dianjurkan untuk rajin melakukan tirakat, seperti puasa Senin-Kamis, semedi malam Selasa Kliwon, atau memperbanyak sedekah. Ini dipercaya dapat menetralkan energi negatif dan membuka pintu rezeki lebih luas.
Selain itu, mereka juga sebaiknya menghindari keputusan tergesa-gesa dan belajar mengendalikan amarah agar tidak merusak hubungan dengan orang terdekat.
Weton Selasa Kliwon adalah gabungan hari dan pasaran yang sarat makna dalam kepercayaan Jawa. Dengan karakter kuat, rezeki yang datang melalui perjuangan, serta jodoh yang harus disesuaikan dengan neptu pasangannya, Selasa Kliwon menjadi salah satu weton yang unik.
Meski bersifat mistis, panduan dari kitab primbon ini masih dipercaya oleh sebagian masyarakat sebagai refleksi diri dan petunjuk hidup yang penuh kearifan lokal.
