suara hijau

Bangkit dari Konflik: Ekowisata Selamatkan Kota Ini dari Dampak Perang

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 20 Mei 2025 | 14:50 WIB
Bangkit dari Konflik: Ekowisata Selamatkan Kota Ini dari Dampak Perang
Ilustrasi ekowisata di Kolombia (Photo by Jesús Agudelo/Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Konflik berkepanjangan di Kolombia membuat kota Mesetas hampir runtuh dan hancur. Namun penduduk sekitar berhasil bangkit dengan memajukan ekowisata yang berkembang pesat.

Terletak di tengah-tengah ekosistem pegunungan Andes dan hutan Amazon, Mesetas memiliki keanekaragaman hayati yang memukau. Sayangnya, penduduk sekitar tidak memahami betapa mengagumkan flora dan fauna yang ada di sekitar mereka.

Mesetas menjadi sasaran runtin operasi militer akibat konflik di Kolombia, yang menewaskan lebih dari 500 ribu orang. Kedamaian tercipta setelah Presiden Gustavo Petro menandatangani perjanjian dengan kelompok pemberontak di tahun 2016.

"Kami tidak mensyukuri keindahan alam di sekitar, bahkan tidak percaya ada yang mau datang berlibur ke sini. Sampai pada akhirnya, kami menyadarai air terjun dan pemandangan memukai yang dicari banya orang," kata William Rodriguez, seorang petani sekaligus pegiat ekowisata Mesetas, dilansir Guardian, Selasa (20/5/2025).

Lembah Sungai Guejar, air terjun Telares, juga air terjun Charco Azul menjadi destinasi favorit wisatawan. Bukan hanya pemandangan memukau, kawasan tersebut juga memiliki populasi hewan endemik seperti Yurumi (pemakan semut raksasa), burung Motmot Amazon, dan kucing hutan Andes (oselot).

Pariwisata Meningkat, Pembalakan Hutan Turun

Salah satu dampak positif meningkatnya minat terhadap ekowisata di Mesetas adalah penurunan jumlah pembalakan hutan liar yang terjadi. Laporan dari Taman Nasional Sierra de la Macarena menyebut hal ini terjadi karena masyarakat lebih menghargai lingkungan yang bisa mendatangkan pemasukan ekonomi.

Salah satu program yang dijalankan adalah penanaman kembali pohon oleh 40 keluarga, dengan satu keluarga bertanggung jawab terhadap penghijauan satu hektar lahan. Tanaman-tanaman yang ditanam merupakan tanaman lokal seperti Caesalpinia pluviosa, Tabebuia rosea, dan Cedrela odorata yang biasa tumbuh di pinggir sungai.

Salah satu warga yang ikut berpartisipasi, Omaira Achury mengatakan inisiatif ini datang dari UNDP. Ia bahkan merelakan sebagian lahan miliknya untuk dikembalikan sebagai hutan. Lahan ini sebelumnya berfungsi sebagai kandang ternak sapi miliknya.

Baca Juga: Pantai Tablolong, Wisata Populer dengan Ciri Khas Lopo Unik di Kupang

"Sekarang kami sudah mulai menyayangi alam. Sebelumnya, orang akan berpikir tentang berapa keuntungan yang didapat setelah memotong pohon dan menjual kayu. Sekarang kami membayar kesalahan itu. Kami mengembalikan hutan ke fungsinya, dan turis-turis menyukai itu," katanya.

Program yang ada pun bukan hanya menanam pohon, tapi juga pelepas liaran burung-burung yang nantinya juga akan dibuat peta sebarannya.

Argenis Buendia dari Catypsa, mengatakan ada lebih dari 800 spesies burung yang kini hidup di hutan sekitar Mesetas. Tak ayal, kegiatan memantau burung menjadi salah satu jenis wisata yang populer.

"Sebelumnya kami tidak tahu pentingnya burung-burung dan binatang. Sekarang, kami mulai menjaganya dan memerhatikan alam," terangnya.

Mengenal Lebih Jauh Ekowisata

Ekowisata adalah cara berlibur yang fokus pada pelestarian alam dan pemberdayaan masyarakat lokal. Jadi bukan cuma soal menikmati pemandangan, tapi juga tentang berkontribusi menjaga lingkungan dan budaya setempat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI