Suara.com - Interaksi antarmanusia, sebuah pondasi penting dalam kehidupan sosial, kini dihadapkan pada pergeseran menarik. Di era digital yang semakin canggih ini, kecerdasan buatan (AI) telah merambah ke berbagai lini kehidupan kita, dari asisten pribadi virtual, chatbot layanan pelanggan, hingga platform hiburan.
Kemudahan dan efisiensi yang ditawarkan AI tak dapat dimungkiri telah mengubah cara kita bekerja, belajar, dan bahkan bersantai.
AI menghadirkan dimensi yang berbeda karena kemampuannya untuk meniru percakapan dan bahkan memberikan dukungan emosional, seolah menjadi substitusi interaksi manusia yang kompleks.
Hal ini kemudian memunculkan pertanyaan kritis: apakah kenyamanan yang ditawarkan AI akan membuat kita kehilangan keterampilan dasar dalam membangun hubungan personal, atau justru melahirkan bentuk-bentuk interaksi sosial yang sama sekali baru?
Di tengah semua kemajuan ini, politikus dan aktivis Tsamara Amany baru-baru ini menyoroti sebuah fenomena yang patut menjadi perhatian: kecenderungan manusia modern yang semakin malas berinteraksi langsung dengan sesamanya, dan justru lebih memilih "ngobrol" dengan AI.
Apakah preferensi ini hanya sekadar kemudahan atau justru sinyal awal perubahan mendasar dalam cara kita bersosialisasi?
Dalam talkshow peluncuran kecerdasan buatan Aiman Aisha yang digelar di Gedung Pertemuan Cendekia, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Kamis (3/7/2025), Tsamara Amany tampil sebagai narasumber utama dengan sorotan tajam terhadap peran anak muda dalam perkembangan teknologi AI, khususnya dalam konteks dakwah Islam yang moderat.
Dengan tema “Anak Muda dan Perkembangan AI”, Tsamara menyampaikan pandangannya mengenai gelombang besar perubahan cara generasi muda berinteraksi dengan nilai-nilai psikologis, spiritual dan pengetahuan keislaman.
Ia menekankan bahwa AI tidak hanya digunakan untuk efisiensi atau hiburan semata, tapi juga telah menjadi tempat baru bagi generasi muda untuk mencari makna dan kebenaran spiritual.
Baca Juga: Infinix Hot 60i Resmi Masuk Indonesia, HP Murah Sejutaan Kaya Fitur AI
“Agama itu secara scientific menenangkan kita secara psikologis, kadang kita habis zikir, kadang kita habis sholat, ada katarsis nya. Nah Chat GPT ini mau tidak mau kita akui ada katarsisnya, dia menjelma menjadi sebuah area dimana kita mencari jawaban-jawaban terhadap masalah-masalah psikologis kita," kata Tsamara.
Ia pun memberi contoh masalah stres atau berantem sama temen, seringkali kita mencari jawaban-jawaban terhadap masalah-masalah psikologis dengan cerita ke Chat GPT.
Tsamara juga menggarisbawahi pentingnya memastikan bahwa dakwah melalui AI dikembangkan dengan pendekatan empatik, inklusif, dan tidak menghakimi.
Ia mendorong para pengembang dan pendakwah untuk melibatkan anak muda secara aktif dalam proses kreatif, termasuk dalam pengembangan konten yang relevan dan menyentuh sisi emosional generasi saat ini.
Talkshow ini sekaligus menjadi momentum peluncuran platform kecerdasan buatan Aiman Aisha, yang dirancang sebagai sarana edukatif untuk memudahkan masyarakat, terutama generasi muda, dalam mengakses pengetahuan Islam yang otentik dan moderat.
Sebagai penutup, Tsamara menyerukan agar teknologi tidak dijadikan musuh, tetapi dijadikan wasilah atau jembatan dalam menyampaikan nilai-nilai Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.