82 Persen Wisatawan Berharap Perubahan, Ingin Destinasi Ramah Lingkungan

Ferry Noviandi Suara.Com
Kamis, 17 Juli 2025 | 14:52 WIB
82 Persen Wisatawan Berharap Perubahan, Ingin Destinasi Ramah Lingkungan
Penginapan di tengah hamparan kebun teh yang dibuat oleh Bobobox. [dokumentasi pribadi]

Suara.com - Di tengah kesadaran global yang kian meningkat, industri pariwisata kini berada di persimpangan jalan. Wisatawan tidak lagi hanya mencari destinasi indah, tetapi juga pengalaman yang bertanggung jawab.

Tren ini melahirkan dua konsep utama: pariwisata berkelanjutan yang bertujuan meminimalkan dampak negatif, dan pariwisata regeneratif yang selangkah lebih maju yakni berupaya aktif meninggalkan sebuah destinasi dalam kondisi yang lebih baik.

Tren ini bukan lagi sekadar wacana; sebuah studi dari Virtuoso menunjukkan bahwa 82 persen wisatawan global kini ingin bepergian secara lebih bertanggung jawab pasca-pandemi.

Menjawab pergeseran fundamental ini, Bobobox, perusahaan teknologi perhotelan asal Bandung, meluncurkan Impact Report 2024.

Laporan ini bukan sekadar dokumen korporat, melainkan sebuah manifesto tentang bagaimana industri perhotelan lokal dapat beradaptasi dan memimpin dalam gerakan pariwisata yang bertanggung jawab, sejalan dengan permintaan pasar global di mana 66 persen pelancong ingin meninggalkan destinasi lebih baik dari saat mereka tiba.

Dalam laporan tersebut, Bobobox secara transparan memaparkan strateginya untuk mengintegrasikan prinsip Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) ke dalam seluruh lini bisnisnya.

Mereka berupaya membuktikan bahwa pertumbuhan bisnis dan kelestarian alam bisa berjalan beriringan.

"Pengembangan destinasi wisata sering dilihat sebagai suatu aktivitas yang merusak lingkungan. Padahal sekarang, dengan teknologi dan infrastruktur yang lebih maju, tugas kita sebagai pelaku industri justru menemukan konsep penginapan yang lebih berkelanjutan," kata Indra Gunawan, Co-Founder & CEO Bobobox.

"Kami percaya di era modern saat ini melestarikan alam bukan berarti membiarkan alam begitu saja, tapi mengelola potensinya dengan bijak agar lanskap tetap terjaga dan manfaat ekonominya dirasakan warga sekitar. Lewat laporan ini, kami ingin menunjukkan bagaimana pendekatan pariwisata yang tepat bisa menjadi jawaban atas bentuk kesinambungan yang selama ini kita cari," ujar Indra menyambung.

Baca Juga: Nias, Surga yang 'Terluka': Pengakuan Pelancong soal Kerusakan Jalan di Pulau Nias

Dari Pemberdayaan Lokal hingga Inovasi Ramah Lingkungan

Salah satu pilar utama pariwisata bertanggung jawab adalah dukungan terhadap komunitas lokal, sebuah sentimen yang diamini oleh 72 persen wisatawan global.

Bobobox menerjemahkan ini ke dalam aksi nyata dengan mengisi lebih dari 52 persen posisi frontline di Bobocabin dengan tenaga kerja lokal, yang secara langsung memberikan dampak ekonomi bagi 267 keluarga.

Selain itu, kemitraan strategis dengan 182 UMKM lokal, di mana 69 persen di antaranya merupakan pemasok dari komunitas sekitar, yang memperkuat ekosistem ekonomi di setiap lokasi operasionalnya.

Inovasi menjadi jantung dari pendekatan Bobobox, terutama dalam desain akomodasi.

Tren global menunjukkan permintaan tinggi terhadap akomodasi ramah lingkungan yang dibangun selaras dengan alam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI