Suara.com - Tidak semua alas kaki cocok digunakan di iklim tropis seperti Bali. Suhu yang cenderung panas sepanjang tahun, kelembapan tinggi, serta lingkungan yang berganti-ganti antara pasir pantai, trotoar panas, hingga lantai ubin lembap di kafe atau vila, membuat kaki mudah gerah, licin, atau lecet jika tidak ditopang alas kaki yang tepat.
Berbeda dari wilayah beriklim sedang yang mendukung penggunaan sepatu tertutup hampir sepanjang hari, gaya hidup di kawasan tropis menuntut sesuatu yang lebih terbuka dan adaptif. Di daerah seperti Bali, aktivitas luar ruang mendominasi: dari jalan kaki menyusuri pinggiran pantai, menyetir motor tanpa kaus kaki, hingga masuk ke tempat ibadah atau rumah yang mengharuskan melepas alas kaki. Karena itu, kenyamanan dan kepraktisan menjadi prioritas utama.
Menurut sejumlah ahli podiatri dan pengamat gaya hidup tropis, sandal yang cocok untuk iklim seperti ini harus memenuhi beberapa kriteria:
Bahan lentur dan tahan air
Bahan seperti karet alami atau EVA (ethylene-vinyl acetate) dipilih karena tidak menyerap air, cepat kering, dan cukup fleksibel untuk mengikuti bentuk kaki. Ini penting untuk mencegah lembap berlebih yang bisa memicu jamur atau bau tidak sedap, terutama jika sandal sering digunakan tanpa kaus kaki.
Desain terbuka dan sirkulatif
Lubang atau model terbuka memungkinkan udara mengalir dan mengurangi suhu di sekitar kaki. Ini menghindarkan kulit dari iritasi akibat keringat berlebih. Desain terbuka juga membuat kaki lebih "bernapas" saat berjalan di tengah cuaca panas.
Sol anti-slip
Banyak jalan di area tropis yang permukaannya bisa licin saat hujan turun mendadak atau saat berpindah dari lantai kayu ke lantai ubin. Alas kaki yang ideal sebaiknya dilengkapi sol berpola khusus atau berbahan karet dengan daya cengkeram baik agar tetap stabil saat digunakan di berbagai permukaan.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Sandal Sehat untuk Sehari-hari, Mudah Dibeli Lewat Online
Bobot ringan dan mudah dibersihkan
Di tempat wisata tropis seperti Bali, aktivitas pengguna bisa berganti dari berenang, berjalan kaki, hingga berkendara dalam satu hari. Alas kaki yang ringan membantu mobilitas tanpa membebani pergelangan kaki. Sementara itu, material yang mudah dicuci memungkinkan pengguna membersihkannya hanya dengan air mengalir atau lap basah—penting di tempat yang sering terkena pasir atau lumpur.
Sandal yang memenuhi empat kriteria di atas umumnya tidak hanya nyaman, tetapi juga tahan lama dalam pemakaian jangka panjang. Tak heran jika dalam beberapa tahun terakhir, model sandal berbahan karet menjadi pilihan utama, bukan hanya di kalangan turis, tapi juga warga lokal yang ingin tampil santai namun tetap stylish.

Dengan kebutuhan itu, tak heran jika banyak merek global mulai berlomba mengembangkan sandal tropikal yang tak hanya fungsional, tapi juga estetik. Salah satunya adalah Fipper, brand sandal berbahan karet asal Malaysia, yang baru saja membuka toko flagship-nya di Kuta Square, Bali, pada 21 Juli 2025.
Pembukaan ini sekaligus menandai pencapaian baru Fipper yang tercatat di ASEAN Records sebagai “Ekspansi Gerai Ritel Tercepat oleh Merek Alas Kaki Lokal Selama Periode 4 Bulan (April–Juli 2025)”. Dalam waktu singkat, Fipper berhasil membuka 28 toko baru secara global, dengan total 60 outlet di Indonesia.
“Rekor ini merupakan pencapaian yang luar biasa bagi kami. Ini membuktikan bahwa ketika Anda memadukan semangat, inovasi, dan pemahaman mendalam tentang apa yang disukai pelanggan, pertumbuhan terjadi secara alami,” ujar Jee Von, CEO Regional Fipper.