Suara.com - Saat menyusuri koridor pedestrian bersejarah di Jalan Basuki Rahmat, atau yang lebih dikenal sebagai Kayutangan Heritage di Kota Malang, mata yang jeli akan menemukan sebuah gambar wajah yang sarat makna: Mbah Arifin.
Terpatri di salah satu sudut jalan, tepatnya di sisi selatan dekat Bank BNI sebelum perempatan Rajabali, adalah wajah Mbah Arifin.
Dia seorang pria yang namanya melegenda dan sempat viral karena kisah cintanya yang menyentuh hati banyak orang.
Mural tersebut bukan sekadar hiasan urban. Ia adalah monumen pengingat sebuah kisah romantisme dan kesetiaan tanpa batas.
Cerita Mbah Arifin, yang juga akrab disapa Mbah Gombloh, menjadi buah bibir di media sosial, terutama setelah kepergiannya pada 8 April 2017.
Namun, siapakah sebenarnya sosok misterius ini?
Menurut pemerhati budaya dan sejarah Malang, Agung Buana, Mbah Arifin telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari pemandangan Kayutangan, bahkan sebelum kawasan itu ditata secantik sekarang.
Ia dikenal sebagai sosok misterius yang lebih banyak diam dan tertunduk.
Mural Pengingat Kisah Cinta Legendaris
Baca Juga: 4 Fakta Pria Ngamuk Teriak Bom di Lion Air: Senyum Janggal & Riwayat Perawatan Medis
Versi cerita yang paling populer dan dipercaya banyak orang adalah kisah penantian Mbah Arifin.
Konon, ia menghabiskan hari-harinya di sudut Kayutangan untuk menunggu sang kekasih.
Penantian ini bukanlah sekejap, melainkan berlangsung puluhan tahun, sejak dekade 1970-an.
"Tempat Mbah Arifin duduk menunggu kekasihnya itu ya di tempat yang kini ada gambar dia. Dulu di situ bekas Toko Surabaya," ujar Agung, dikutip Suara.com dari Times Indonesia, Senin (4/8/2025).
Kisah bermula dari janji yang diucapkan sang kekasih pada tahun 1965.
Wanita yang tak diketahui pasti apakah pacar atau istrinya itu berjanji akan kembali menemuinya di Kayutangan.
Berpegang pada janji itu, Mbah Arifin setia menunggu. Setiap hari, dari pagi hingga sore menjelang petang, ia duduk di lokasi yang sama, menanti kekasihnya menepati janji.
Namun, takdir berkata lain. Sang kekasih tak pernah kembali.
"Namun kenyataannya dari informasi yang ada, perempuan ini ada yang bilang dibunuh, ada yang bilang ditahan dan ada yang bilang pergi keluar negeri. Intinya tak lagi bertemu dengan Mbah Arifin sejak mereka berjanji untuk bertemu kembali," ungkapnya.
Mbah Arifin, yang mungkin tak pernah tahu nasib sebenarnya dari wanita yang ia tunggu, terus melanjutkan penantiannya hingga akhir hayat.
Kesetiaannya yang luar biasa inilah yang mengakar kuat di benak masyarakat.
"Ini kisah romantika yang melekat di Kayutangan. Betapa seorang laki-laki mau menunggu pasangannya sampai akhir hayatnya dan tidak bertemu. Ini adalah kesetiaan sesungguhnya," tuturnya.
Totalitas penantiannya semakin mengharukan mengingat lokasi rumahnya yang jauh.
"Padahal rumah Mbah Arifin informasinya ada di perbatasan antara Kota Malang dan Kota Batu. Tapi ia tetap menunggu sejak pagi hingga sore setiap harinya," imbuhnya.
Versi Lain Kisah Mbah Arifin
Namun, seperti legenda urban pada umumnya, selalu ada versi cerita lain yang menyelimuti.
Kisah kedua mengenai Mbah Arifin justru bertolak belakang 180 derajat dari citra romantisnya.
Agung Buana menyebutkan, versi kedua ini menceritakan bahwa Mbah Arifin adalah seorang pengusaha kaya raya dari Surabaya yang jatuh miskin karena kegemarannya berjudi.
Setelah hartanya ludes, ia memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupnya di Malang.
Tanpa memiliki apa-apa lagi, Mbah Arifin disebut menjadi seorang juru parkir di area pertokoan Kayutangan untuk menyambung hidup.
Namun, ada detail menarik yang membuat versi ini juga penuh teka-teki.
"Meski kelihatan seperti orang tidak punya, ternyata setiap hari selalu ada mobil mewah yang mengirim makan ke dia. Itu disinyalir adalah anaknya," jelas Agung.
Misteri semakin dalam, dengan adanya informasi bahwa setiap sore, saat hendak "pulang", Mbah Arifin selalu dijemput oleh sebuah mobil misterius yang tak pernah diketahui siapa pemiliknya.
Dua versi cerita ini terus hidup dan berkembang dari mulut ke mulut.
Mana yang benar, mungkin tak akan pernah ada yang tahu pasti.
Namun, satu hal yang jelas, kisah kesetiaanlah yang akhirnya diabadikan.
"Ini hanya dua versi yang berkembang selama ini. Tapi yang paling melekat memang versi pertama soal kesetiaan Mbah Arifin hingga akhirnya ada mural wajah dia untuk mengenang kisahnya," pungkasnya.