Suara.com - Belakangan ini, istilah performative male mencuat dan ramai diperbincangkan di media sosial, terutama di kalangan Gen Z. Lantas, apa saja ciri-ciri performative male?
Fenomena ini bahkan sudah melahirkan kompetisi unik bertajuk Performative Male Contest Jakarta dan dimenangkan oleh anak dari penulis Dee Lestari.
Meski demikian, istilah performative male sebelumnya juga sering disinggung sehingga membuat banyak orang penasaran.
Tren ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana cara mengenali pria yang masuk dalam kategori ini?
Untuk menjawabnya, simak penjelasan terkait ciri-ciri performative male berikut ini.
Apa Itu Performative Male?
Secara umum, istilah performative male menggambarkan pria yang secara sadar menunjukkan gaya dan sikap tertentu yang disukai perempuan.
Tujuannya adalah untuk menarik perhatian, menciptakan kesan sensitif, intelektual, dan "berbeda" dari laki-laki pada umumnya.
Mereka kerap memposisikan diri sebagai pria yang lembut, peka terhadap isu sosial dan punya selera yang dianggap estetik.
Baca Juga: Fenomena Petir Vulkanik pada Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki
Namun, di balik penampilan tersebut, banyak yang menilai ini hanyalah sebuah strategi sosial agar terlihat menarik di mata perempuan, bukan cerminan kepribadian asli.
Mengapa Fenomena Ini Jadi Viral?
Tren ini berkembang karena pandangan perempuan tentang maskulinitas kini mulai berubah. Jika dahulu laki-laki dominan, dingin, dan keras lebih diidamkan, kini pria hangat dan peka justru lebih menarik.
Inilah celah yang dimanfaatkan oleh performative male. Mereka menyesuaikan diri dengan selera perempuan masa kini.
Namun, hal ini juga menimbulkan kekhawatiran. Banyak yang mempertanyakan keaslian dari persona tersebut.
Ciri-Ciri Performative Male
Berikut ini beberapa ciri umum yang bisa menunjukkan seseorang termasuk dalam kategori performative male:
1. Gaya Berpakaian yang Estetik
Performative male sering tampil dengan outfit yang terinspirasi gaya vintage atau klasik.
Mereka cenderung menghindari gaya maskulin konvensional yang terkesan macho, dan lebih memilih tampilan yang artsy, chill, dan effortless, misalnya celana longgar, kemeja linen, dan sepatu loafers.
2. Memilih Totebag daripada Backpack
Salah satu simbol visual yang paling mencolok dari performative male adalah totebag putih.
Benda ini bukan hanya berfungsi sebagai tas, tetapi juga sebagai bagian dari citra.
Mereka meyakini bahwa membawa totebag mencerminkan citra unik serta kepedulian terhadap isu lingkungan atau gaya hidup alternatif.
3. Matcha Lebih Dipilih daripada Kopi
Bukan tanpa alasan banyak performative male memamerkan diri sedang minum matcha.
Berbeda dengan kopi hitam yang kerap diasosiasikan dengan stereotip pria tangguh, matcha sering dipilih karena memberi kesan lebih halus, mudah didekati, dan jauh dari kesan maskulinitas yang kaku.
4. Pamer Buku Bertema Feminisme
Buku menjadi alat branding yang penting. Pria dengan gaya performative sering terlihat membawa buku feminis, karya sastra klasik, atau bacaan filsafat. Ini menunjukkan sisi intelektual dan empati mereka terhadap isu-isu perempuan.
5. Selera Musik yang Anti Mainstream
Musik juga menjadi elemen penting dalam membangun citra sebagai performative male.
Mereka menyukai musisi seperti Clairo, Laufey, atau grup K-pop yang dominan digemari perempuan.
Jenis musik semacam ini biasanya dipilih untuk menonjolkan kesan sensitif, lembut, dan memiliki selera yang unik.
6. Gantungan Lucu di Tas atau Saku
Aksesoris seperti gantungan kunci karakter lucu sering menghiasi totebag atau celana mereka. Meskipun tampaknya tidak mencolok, aksen ini memberi kesan karakter yang nyentrik namun menyenangkan.
7. Mengenakan Headset Kabel
Penggunaan headset klasik dengan kabel yang menjuntai juga menjadi simbol tertentu. Tindakan ini seolah menyampaikan pesan bahwa mereka bukan pengikut tren, melainkan ingin tampil unik dengan cara yang terencana.
Demikianlah penjelasan lengkap terkait ciri-ciri performative male. Semoga bermanfaat.
Kontributor : Dini Sukmaningtyas