Suara.com - Cucu Bung Hatta, Gustika Jusuf Hatta menarik perhatian saat perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI atau HUT RI ke-80 di Istana Negara, Minggu 17 Agustus 2025.
Sama seperti tamu undangan lainnya yang mengenakan baju adat, Gustika juga tampil cantik dengan kebaya. Namun, ada satu makna kelam yang cukup menohok dalam penampilan wanita 31 tahun tersebut.
Gustika tampil mengenakan kebaya berwarna hitam dengan batik slobog. Dominasi dua kain ini bermakna begitu 'gelap'.
Pasalnya, warna kebaya Gustika mencerminkan kegelapan. Sementara batik slobog sendiri merupakan batik tradisional dari Jawa yang khusus dikaitkan dengan upacara kematian atau berkabung. Biasanya, batik ini digunakan sebagai kain penutup jenazah.
Gustika tak menampik dua makna ini. Ia bahkan secara gamblang menjelaskan arti outfit-nya tersebut beserta alasannya.
![Gustika Jusuf Hatta pakai kebaya hitam saat HUT RI ke-80 [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/original/2025/08/18/32306-gustika-jusuf-hatta-pakai-kebaya-hitam-saat-hut-ri-ke-80-instagram.jpg)
"Walau bukan Kamisan, pagi ini aku memilih kebaya hitam yang sengaja kupadukan dengan batik slobog untuk memperingati 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia," jelas Gustika dikutip dari akun Instagramnya (17/8/2025).
Gustika beralasan, penampilannya yang serba gelap dalam upacara peringatan kemerdekaan RI itu merupakan ekspresi rasa syukur serta keprihatinan, terutama berkaitan dengan Hak Asasi Manusia yang masih bermasalah.
"Bahkan kini kita dipimpin oleh seorang Presiden penculik dan penjahat HAM, dengan Wakil anak haram konstitusi," tegas Gustika dalam unggahan Instagram.
Cucu proklamator ini juga menyoroti soal militer yang kini semakin mudah masuk ke ruang sipil hingga penulisan sejarah yang ingin menghapus dosa penguasa. Ia juga menyentil soal tragedi di Pati baru-baru ini.
Baca Juga: 76 Paskibraka HUT RI ke-80 Dikukuhkan di Istana, Prabowo Absen, Megawati Hadir
"Jujur tidak sampai hati merayakan hari kemerdekaan Indonesia ke-80 tanpa rasa iba, dengan peristiwa-peristiwa yang mengkhianati nilai kemanusiaan yang datang bertubi-tubi. Seperti kekerasan aparat yang baru saja mengorbankan jiwa di Pati minggu ini," tambah Gustika.
Kendati merasa berduka dengan kondisi negara saat ini, namun Gustika menegaskan bahwa ia tidak pernah berputus asa. Ia masih mencintai Indonesia.
"Bagiku, berkabung bukan berarti menutup mata. Berkabung adalah jeda untuk jujur menatap sejarah, memelihara ingatan, dan menagih hak rakyat dan janji-janji konstitusi kepada Republik Indonesia," jelas Gustika.
"Merayakan adalah memanjatkan doa dan harapan, sebagaimana makna kain slobog itu sendiri, yang mengingatkan pada batas antara yang pergi dan yang tinggal. yang dimaknai sebagai doa akan keselamatan dalam "peralihan"." Tutupnya sembari memanjatkan panjang umur untuk Republik Indonesia.
Unggahan Gustika Jusuf Hatta ini menuai banyak apresiasi dari warganet. Namun tak sedikit yang mendoakan keselamatan Gustika.
"Kusebut kau cantik dan pemberani," kata warganet. "Dia yang ngetik, gue yang deg-degan," imbuh warganet."Kak Gustika.. you really use your privilege to speak up.. to critism for a good deeds... thankyou kak," kata lainnya.
Makna Kebaya Hitam dan Batik Slobog
Dalam tradisi Jawa, busana tidak sekadar pakaian, melainkan simbol nilai, status, hingga ekspresi rasa duka dan penghormatan. Dua di antaranya yang sarat makna adalah kebaya hitam dan batik slobog, yang kerap hadir dalam momen-momen tertentu, terutama terkait suasana berkabung atau ritual adat.
Kebaya hitam sering dikenakan perempuan Jawa ketika menghadiri acara kematian atau peringatan duka. Warna hitam dalam budaya Jawa identik dengan kesedihan, kedukaan, dan kesederhanaan.
Warna hitam melambangkan suasana hati yang muram, penghormatan terhadap orang yang meninggal, sekaligus pengendalian diri. Kebaya sendiri sebagai busana tradisional perempuan Jawa menunjukkan sisi anggun, sopan, dan penuh tata krama.
Dalam konteks duka, kebaya hitam dipilih agar pemakainya tidak menonjolkan keindahan, melainkan hadir dengan penuh hormat dan empati.
Selain dalam acara kematian, kebaya hitam juga bisa dipakai dalam momen tertentu yang berhubungan dengan ketegasan, misalnya saat seorang wanita Jawa ingin menampilkan wibawa tanpa berlebihan.
Berbeda dengan kebaya hitam, batik slobog biasanya dipakai kaum laki-laki dalam prosesi kematian atau saat berkabung. Kata slobog dalam bahasa Jawa berarti longgar atau lapang. Filosofinya adalah:
- Hidup manusia di dunia harus dijalani dengan lapang dada.
- Kematian bukanlah akhir, melainkan jalan menuju kehidupan abadi.
- Kain batik yang longgar menjadi simbol agar arwah yang meninggal diberi kelapangan jalan menuju keabadian.
Motif batik slobog biasanya sederhana, tidak ramai, dan cenderung berwarna gelap, selaras dengan suasana duka. Pemakaiannya pun tidak dimaksudkan untuk menonjolkan penampilan, tetapi sebagai wujud penghormatan dan doa.