Suara.com - Gustika Jusuf Hatta, cucu Mohammad Hatta sukses menarik perhatian dengan pakaian yang ia kenakan saat menghadiri perayaan 17 Agustus 2025 di Istana Negara, Jakarta.
Ia berbusana kebaya Jawa berwarna hitam yang punya sentuhan modern dan elegan. Kebaya hitam yang dikenakan Gustika dilengkapi dengan kain batik slobog sebagai bawahan.
Makna dari batik slobog pada pakaian Gustika ternyata sarat akan simbolisme. Usut punya usut, batik slobog yang melilit di outfit Gustika Hatta adalah media yang ia gunakan untuk menyampaikan sebuah pesan.
Adapun melalui Instagram pribadinya, cucu Wakil Presiden RI pertama ini diduga melayangkan sindiran ke pemerintah.
Ia mengenakkan batik slobog tersebut dengan maksud untuk memberi teguran kepada mereka yang masih tutup mata dengan kondisi masyarakat Indonesia kini.
Lantas, apa filosofi mendalam dari batik slobog yang dikenakan cucu salah satu pendiri Republik Indonesia itu?
Melambangkan momen berkabung

Mengutip beberapa historiografi tentang batik di tanah Jawa, batik slobog berkembang di masyarakat Yogyakarta.
Masyarakat di Kota Pelajar mulai mengenal batik slobog sejak abad ke-17, yakni kala kerajaan Mataram Islam mulai perlahan memasuki masa-masa penting dalam sejarah.
Kata slobog juga mengandung makna yang mendalam, yakni berasal dari kata dalam bahasa Jawa labok, yang berarti "longgar" atau "lapang".
Baca Juga: Siapa Gustika Hatta? Sindir Anak Haram Konstitusi di HUT RI: Berjoget di Atas Penderitaan Rakyat!
Motif-motif dalam batik slobog yang sengaja dirangkai longgar ternyata melambangkan kematian.
Batik slobog diamati secara seksama terdapat beberapa segitiga kecil yang dipisahkan oleh garis memanjang. Segitiga kecil tersebut diapit oleh beberapa persegi atau kotak yang simetris dan memenuhi seluruh kain batik.
Ada titik-titik kecil yang berada di dalam segitiga dan mewakili proses kehidupan manusia yang dipenuhi momen-momen penting.
Segitiga tersebut akhirnya membentuk sebuah pola yang menggambarkan proses manusia menuju ke Sang Ilahi atau Tuhan.
Corak slobog memang kerap digunakan untuk mewakili perasaan kedukaan dari pemakainnya. Alhasil, batik slobog memang kerap digunakan pada masa-masa berkabung.
Batik ini digunakan di berbagai unsur acara pemakaman, mulai dari penutup jenazah, alas peti mati, dan pakaian pelayat.
Berkaca dari maknanya, slobog sangat tak disarankan untuk dipakai di acara bernuansa suka cita seperti pernikahan, hari jadi, atau syukuran.
Gustika pakai slobog untuk kritik
![Gustika Jusuf Hatta pakai kebaya hitam saat HUT RI ke-80 [Instagram]](https://media.arkadia.me/v2/articles/souparmand/CdOXccGVBQAp5QBck9kU23cc2L7fcGJ5.png)
Gustika Jusuf Hatta adalah sosok yang memang tak pernah berhenti melayangkan kritik ke isu-isu sosial di Tanah Air.
Cucu Mohammad Hatta bernama asli Gustika Fardani Jusuf tersebut menggeluti permasalahan sosial semenjak ia berkuliah.
Ia mengantongi ijazah dari King's College London dan pulang membawa ilmu pengetahuan yang berharga.
Perempuan kelahiran 19 Januari 1994 ini akhirnya kembali melayangkan kritik ke kondisi negara yang baginya punya banyak PR besar.
Batik slobog yang ia kenakan adalah simbol perasaan duka dari Gustika Jusuf Hatta setelah mengetahui bahwa Indonesia di usia yang ke-80 tahun masih perlu segudang pembenahan.
"Bagiku, berkabung bukan berarti menutup mata. Berkabung adalah jeda untuk jujur menatap sejarah, memelihara ingatan, dan menagih hak rakyat dan janji-janji konstitusi kepada Republik Indonesia," tulis Gustika melalui media sosial pribadinya.
"Merayakan adalah memanjatkan doa dan harapan, sebagaimana makna kain slobog itu sendiri, yang mengingatkan pada batas antara yang pergi dan yang tinggal. yang dimaknai sebagai doa akan keselamatan dalam "peralihan"," pungkas cucu pembesar RI ini.
Kontributor : Armand Ilham