Suara.com - Sebuah video viral di TikTok kembali memantik perbincangan publik tentang nasib guru honorer di Indonesia. Dalam video yang diunggah akun @ibnukimin_21._, terlihat seorang guru honorer membuka amplop gajinya yang hanya berisi uang sebesar Rp300 ribu rupiah.
Ekspresi wajahnya yang datar namun penuh kepasrahan seolah menjadi potret nyata betapa rendahnya apresiasi terhadap para pendidik bangsa.
Dengan perlahan ia membuka amplop tersebut dan menghitung uang yang ada di dalamnya, berupa dua Rp100 ribuan dan dua Rp50 ribuan.
“Gaji hanya berlaku seminggu, dua minggu sisanya mengandalkan Tuhan yang Maha Kaya,” bunyi tulisan yang menyayat hati di video tersebut seperti Suara.com kutip pada Kamis (21/8/2025).
Unggahan ini menuai ribuan komentar warganet yang menyoroti ketidakadilan penghasilan guru honorer dibandingkan dengan beban kerja mereka.
“Hancur berantakan negeri ini. Seharusnya gaji guru honorer yang dinaikkan, bukan gaji DPR yang kerjaannya cuma duduk tiduran,” kata @rahm****.
“Kenapa ya gaji guru honorer dikit banget, padahal kerjanya sama-sama mencerdaskan bangsa, kayak kurang dihargai gitu. Padahal gaji DPR aja bisa Rp3 juta per hari,” ucap @dea****.
Sementara itu, sebagian warganet lainnya justru menyarankan para guru honorer untuk mencari pekerjaan lain.
“Masih muda jangan buang waktu untuk mimpi jadi PNS. Mending merantau ke kota cari kerja di kantor atau pabrik. Lumayan gajinya UMR daripada pengabdian yang belum jelas sampai kapan,” tambah @sam****.
Baca Juga: Gaji Ditolak, Tunjangan Jalan Terus: Janji Verrell Bramasta Tak Ambil Gaji DPR Setahun Dicibir
Fenomena ini membuat publik kembali menyorot pemerintah, khususnya soal kebijakan penggajian tenaga pendidik. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati turut menanggapi persoalan ini.
Dalam Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia yang disiarkan YouTube Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Kamis, 7 Agustus 2025 lalu, ia mengakui rendahnya gaji guru dan dosen menjadi salah satu tantangan besar bagi keuangan negara.
“Banyak di media sosial, saya selalu mengatakan, menjadi dosen atau menjadi guru tidak dihargai karena gajinya enggak besar. Ini juga salah satu tantangan bagi keuangan negara,” ujar Sri Mulyani.
Meski pernyataan tersebut menunjukkan adanya perhatian dari pemerintah, hingga kini belum ada kebijakan konkret yang memastikan kesejahteraan guru honorer.
Di banyak daerah, mereka masih menerima gaji di bawah standar kelayakan, bahkan tak jarang jumlahnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup selama beberapa hari saja.
Padahal, guru adalah garda terdepan dalam mencerdaskan bangsa. Ironisnya, profesi yang memiliki peran besar bagi masa depan Indonesia justru masih jauh dari penghargaan yang layak.
Publik pun berharap pemerintah segera mengambil langkah tegas untuk memperbaiki sistem penggajian guru honorer. Sebab, jika pendidik tak diberi kesejahteraan yang memadai, kualitas pendidikan pun akan sulit berkembang.