Benarkah Gangguan Irama Jantung Bisa Picu Stroke? Dokter Ungkap Penyebab dan Gejalanya

Riki Chandra Suara.Com
Jum'at, 22 Agustus 2025 | 17:46 WIB
Benarkah Gangguan Irama Jantung Bisa Picu Stroke? Dokter Ungkap Penyebab dan Gejalanya
Ilustrasi stroke. [Dok. Istimewa]

Suara.com - Gangguan irama jantung atau aritmia ternyata dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami stroke. Hal itu dijelaskan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS Eka Hospital BSD, dr. Daniel Tanubudi, Sp.JP, FIHA.

"Jadi stroke itu juga kan ada dua. Paling tidak ada dua bagian besar, stroke yang karena penyempitan pembuluh darah di otak atau perdarahan," kata Daniel, Jumat (22/8/2025).

Ia menjelaskan, gangguan irama jantung bisa memicu stroke iskemik atau penyumbatan pembuluh darah di otak. Saat jantung berdetak teratur, darah akan mengalir normal tanpa risiko bekuan.

Namun, bila irama jantung tidak teratur, aliran darah menjadi terganggu sehingga terbentuk bekuan-bekuan darah di rongga jantung.

"Pada satu saat itu, bisa mencelat keluar dan ikut dalam aliran darah sehingga masuk ke dalam pembuluh darah otak yang menyebabkan penyempitan," ujarnya.

Daniel mengibaratkan kondisi itu seperti pipa yang tersumbat bola besar hingga aliran air terhenti.

Selain stroke, gangguan irama jantung yang terlalu sering juga dapat mengubah bentuk dan ukuran jantung atau disebut gangguan morfologi. Akibatnya, penderita akan mudah lelah, sering pusing, bahkan pingsan.

Aritmia jantung sendiri adalah kondisi ketika detak jantung menjadi tidak teratur, terlalu cepat, atau terlalu lambat.

Faktor pemicu irama jantung terlalu cepat bisa berasal dari stres, kelelahan fisik maupun emosional, serta gangguan dalam tubuh seperti naiknya asam lambung atau GERD.

Sementara itu, irama jantung yang terlalu lambat umumnya terjadi tanpa pencetus dan lebih banyak dialami oleh lansia. Sedangkan aritmia cepat bisa menyerang semua usia karena erat kaitannya dengan pola hidup.

Kasus Stroke di Indonesia

Kementerian Kesehatan RI mencatat stroke masih menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi stroke terus meningkat, terutama pada kelompok usia produktif.

Kondisi ini membuat pentingnya deteksi dini penyakit jantung, termasuk gangguan irama jantung, untuk mencegah risiko lebih lanjut.

Daniel menegaskan, masyarakat harus mewaspadai gejala seperti detak jantung tidak teratur, mudah lelah, hingga sering merasa pusing. Bila dibiarkan, kondisi ini bisa berujung pada komplikasi serius.

"Kalau sudah ada tanda-tanda seperti itu, jangan ditunda untuk periksa. Karena aritmia bisa jadi awal dari masalah yang lebih besar seperti stroke," ujarnya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?