Mbak Nafa Jangan Mengeluh, Rakyat di Dapilmu Sampai Nolak Bantuan Karena Merasa Cukup Meski Tak Kaya

Farah Nabilla Suara.Com
Rabu, 27 Agustus 2025 | 12:03 WIB
Mbak Nafa Jangan Mengeluh, Rakyat di Dapilmu Sampai Nolak Bantuan Karena Merasa Cukup Meski Tak Kaya
Nafa Urbach. (Instagram/@nafaurbach)

Suara.com - Pernyataan Nafa Urbach soal tunjangan perumahan DPR belakangan menuai sorotan publik. Nafa menilai wajar jika DPR menerima tunjangan perumahan hingga Rp50 juta, agar para wakil rakyat bisa tinggal lebih dekat dengan gedung parlemen.

Pesinetron lawas ini beralasan bahwa ia harus menempuh perjalanan jauh jika harus berangkat dari rumahnya di kawasan Bintaro.

“Dewan itu tidak dapat rumah jabatan, dikarenakan banyak sekali anggota dewan yang dari luar kota, banyak sekali anggota dewan yang kontrak di dekat senayan, supaya memudahkan mereka untuk ke DPR, ke kantor, ” ujarnya melalui video yang diunggah di sosial medianya.

“Saya aja yang tinggalnya di Bintaro, itu macetnya tu luar biasa,” lanjutnya.

Namun, pembelaan Nafa ini justru menyalakan amarah banyak pihak. Kritik deras muncul, terutama dari kalangan pengguna transportasi umum seperti pejuang KRL, yang setiap hari harus berdesakan, antre, dan menghadapi kemacetan serupa tanpa tunjangan fantastis.

Nafa Urbach (Instagram/@nafaurbach)
Nafa Urbach (Instagram/@nafaurbach)

Bagi publik, keluhan Nafa terdengar kontras dengan realitas mayoritas rakyat.

Ironi semakin terasa ketika membandingkan pernyataan Nafa dengan kisah nyata dari daerah pemilihannya sendiri, yaitu Magelang.

Di kota ini, seorang lansia bernama Mbah Dul Salim, berusia 70-an tahun, hidup seorang diri di rumah reyot berdinding anyaman bambu.

Mbah Dul adalah penerima bantuan pangan pemerintah. Namun bulan ini ia memilih tidak mengambil jatahnya. Alasannya sederhana, beras bantuan bulan lalu masih ada setengah karung, dan ia takut mubazir bila menimbun.

Baca Juga: Mbah Dul Salim Tolak Bantuan Beras Karena Takut Mubazir, Ironi saat DPR Dapat Tunjangan Rp12 Juta

“Masih banyak, jadi tidak saya ambil,” kata Mbah Dul kepada petugas Verifikasi Data Kemiskinan (VDK). Padahal, Mbah Dul hanya punya setengah karung beras di dapurnya.

Kehidupan Mbah Dul jauh dari layak. Ia tidak pernah menikah, tidak memiliki pekerjaan tetap, dan sehari-hari hanya membelah kayu untuk bahan bakar pawon dapurnya.

Mandi dan mencuci ia lakukan di sungai. Namun, meski serba kekurangan, ia memegang teguh sikap qonaah atau merasa cukup dengan apa yang ada, tidak mengambil berlebihan.

Warga Magelang tolak bantuan beras karena masih punya stok di rumah [Instagram]
Warga Magelang tolak bantuan beras karena masih punya stok di rumah [Instagram]

Qonaah vs Tunjangan

Kontras ini menjadi sorotan moral. Di satu sisi, seorang wakil rakyat dari Magelang membicarakan tunjangan puluhan juta rupiah karena alasan macet.

Di sisi lain, rakyat di dapil yang sama justru mengajarkan arti kesederhanaan dengan menolak beras bantuan karena stok lama belum habis.

Bidan Desa sekaligus petugas VDK, Azmi Fajrina, yang mendampingi verifikasi bantuan, mengaku terenyuh melihat sikap Mbah Dul.

“Beliau qonaah sekali. Hidupnya sangat sederhana, tapi tidak mau berlebihan. Kami sampai tidak bisa duduk saat mendata,” kata Azmi.

Mbah Dul Salim bersama petugas VDK Kabupaten Magelang [Dok.VDK Kabupaten Magelang]
Mbah Dul Salim bersama petugas VDK Kabupaten Magelang [Dok.VDK Kabupaten Magelang]

Protes Publik dan Cermin Sosial

Pernyataan Nafa Urbach soal tunjangan perumahan tidak hanya menuai kritik, tapi juga membuka luka lama: jurang lebar antara rakyat kecil dan pejabat.

Para pejuang KRL yang setiap hari harus berjuang menuju Jakarta dengan biaya terbatas, membandingkan nasib mereka dengan keluhan seorang anggota DPR yang digaji besar dan masih ditambah tunjangan.

Sementara itu, di Magelang, justru muncul teladan dari seorang warga miskin yang memilih menahan diri daripada mengambil berlebih. Mbah Dul menunjukkan bahwa arti “cukup” bukan tentang angka, melainkan sikap hati.

Kisah ini memperlihatkan dua wajah negeri yang berbeda. Dari Senayan, keluhan soal macet dijawab dengan tunjangan puluhan juta.

Dari sebuah dapur reyot di Gunungpring, Magelang, seorang lansia memberi pelajaran moral. Cukup itu tidak menimbun, tidak serakah, dan selalu mensyukuri yang ada.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?