Suara.com - Dalam beberapa pekan terakhir, linimasa media sosial di Indonesia ramai dihiasi warna biru, pink, dan hijau.
Tiga warna sederhana ini mendadak menjadi ikon yang sarat makna, sekaligus simbol perlawanan rakyat terhadap pemerintah.
Di balik gelombang demonstrasi dan sederet tuntutan publik, warna-warna tersebut menjadi semacam bahasa visual yang menyatukan suara masyarakat.
Mengapa tiga warna itu yang dipilih? Bagaimana asal-usulnya hingga bisa menjadi identitas gerakan? Mari kita telusuri lebih dalam.
Semua bermula dari aksi unjuk rasa di berbagai kota Indonesia pada akhir Agustus 2025 untuk menyoroti kebijakan DPR dan sejumlah isu lainnya.
Masyarakat yang ikut aksi, maupun mereka yang mendukung melalui media sosial, ramai-ramai menggunakan ketiga warna yaitu biru, pink, dan hijau sebagai simbol perlawanan dalam poster digital, ilustrasi, hingga avatar profil.
Fenomena ini bermula dari momen yang terekam di depan Gedung DPR, ketika seorang ibu berkerudung pink berdiri gagah menghadapi barisan aparat. Dari sanalah lahir istilah Brave Pink.
Tak lama kemudian, masyarakat menambahkan dua warna lain yaitu hijau sebagai simbol harapan, dan biru sebagai lambang keteguhan serta resistansi. Ketiganya lalu dikenal dengan sebutan Brave Pink, Hero Green, Resistance Blue.
Brave Pink: Keberanian dari Kasih
![Ibu-Ibu jilbab pink viral saat demo di depan Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (28/8/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/28/64660-demo-di-dpr-demo-di-dpr-ricuh-ricuh-demo-dpr.webp)
Asal mula warna pink sebagai simbol dimulai dari sosok Ana, seorang ibu yang terekam kamera saat aksi 28 Agustus 2025.
Baca Juga: Pink, Hijau, #ResetIndonesia: Solidaritas yang Mengguncang Media Sosial
Dengan kerudung pink, ia berdiri di garis terdepan, mengibaskan tongkat yang dililit bendera merah putih ke arah barikade polisi.
Di tengah gas air mata dan semprotan water cannon, Ana tidak bergeming. Sosoknya menjadi viral dan menginspirasi banyak orang. Pink yang selama ini identik dengan kelembutan, berubah wajah menjadi simbol keberanian.
Pink yang muncul di tengah aksi massa ini mengajarkan bahwa perjuangan rakyat bukan semata amarah melawan ketidakadilan, melainkan keberanian yang lahir dari kasih.
Dalam warna ini, cinta seorang ibu, empati, dan keinginan melindungi terwujud sebagai energi perlawanan.
Hero Green: Harapan yang Tak Pernah Padam
![Iring-iringan pengemudi ojek online (ojol) mengantarkan jenazah Affan Kurniawan ke TPU Karet Bivak di Jakarta, Jumat (29/8/2025). [ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/29/90416-iring-iringan-ojol-antar-pemakaman-affan-kurniawan-pemakaman-affan-kurniawan.jpg)
Jika pink berbicara tentang keberanian yang lahir dari hati, hijau melambangkan kehidupan dan harapan. Hijau selalu identik dengan alam seperti daun atau pepohonan yang tumbuh.
Dalam konteks "17+8 Tuntutan Rakyat", hijau menjadi simbol bahwa perjuangan bukan sekadar menolak, melainkan juga membangun.
Warna ini menghadirkan keseimbangan untuk mengingatkan bahwa perubahan sejati tidak hanya keras di jalanan, tetapi juga harus memberi arah untuk masa depan.
Di tengah panasnya perlawanan, hijau hadir sebagai jeda, napas segar yang mengajak semua pihak menimbang dengan jernih.
Tanpa harapan, perjuangan bisa kehilangan arah. Dengan hijau, perjuangan menemukan pijakan untuk terus melangkah.
Warna hijau ini berasal dari warna ojol. Ini merujuk pada meninggalnya ojol Affan Kurniawan yang meninggal usai dilindas rantis Brimob pada 28 Agustus 2025.
Resistance Blue: Keteguhan dan Kesatuan

Warna ketiga yang ikut menguatkan gerakan adalah biru. Jika pink adalah keberanian dan hijau adalah harapan, maka biru adalah keteguhan.
Biru kerap diasosiasikan dengan kedalaman laut atau luasnya langit simbol ketenangan, konsisten, dan teguh.
Dalam simbol perlawanan rakyat, Resistance Blue merepresentasikan konsistensi perjuangan yang tidak mudah digoyahkan. Warna ini diambil dari palet warna "Peringatan Darurat" yang viral beberapa waktu lalu.
Biru juga melambangkan kesatuan. Seperti lautan yang menghimpun berbagai aliran sungai, warna ini menjadi penanda bahwa perlawanan rakyat lahir dari keragaman suara yang kemudian menyatu dalam tujuan bersama. Biru mengingatkan bahwa perbedaan tidak melemahkan, justru memperkuat tekad kolektif.
Warna sebagai Bahasa Moral
Dalam sejarah perlawanan di berbagai belahan dunia, warna kerap dipakai sebagai simbol moral. Ia bekerja sebagai bahasa yang sederhana, mudah dipahami, sekaligus mampu melintasi batas sosial dan politik.
Di Indonesia, pink, hijau, dan biru bukan sekadar estetika visual. Mereka adalah pesan moral di antaranya keberanian, harapan, dan keteguhan.
Ketika rakyat menuntut transparansi, reformasi, dan empati, warna-warna ini menjadi wujud nyata dari nilai-nilai tersebut.
Seorang ibu berkerudung pink yang menatap aparat dengan berani adalah metafora bagi rakyat yang menuntut pemerintah untuk menjawab tuntutan mereka.
Hijau yang segar melambangkan tuntutan untuk perubahan yang sehat dan berkelanjutan. Biru yang tenang menandakan kesatuan rakyat yang menolak dipecah belah.
Demikian itu asal usul warna biru, pink, dan hijau jadi simbol perlawanan rakyat. Semoga dapat dipahami.
Kontributor : Mutaya Saroh