Siapa Junaid Miran? Animator Pakistan Gugat Film Merah Putih One For All Karena Pencurian Karya

Farah Nabilla Suara.Com
Rabu, 03 September 2025 | 12:17 WIB
Siapa Junaid Miran? Animator Pakistan Gugat Film Merah Putih One For All Karena Pencurian Karya
portfolio milik Junaid Miran, kini gugat film Merah Putih One For All (artstation.com/junaidmiran)

Suara.com - Nama Junaid Miran belakangan ramai diperbincangkan publik setelah ia menyatakan siap menuntut pembuat film animasi Merah Putih: One For All.

Sosoknya mungkin belum banyak dikenal di Indonesia, namun kisahnya kini menjadi sorotan karena menyangkut isu hak cipta dan karya seni digital.

Lantas, siapa sebenarnya Junaid Miran? Dan mengapa ia akhirnya menuntut pembuat film tersebut? Berikut penjelasan lengkapnya.

Profil Singkat Junaid Miran

Junaid Miran adalah seorang animator dan seniman digital independen asal Pakistan. Ia dikenal juga dengan nama Jayden, yang kerap dipakai untuk menandai karakter ciptaannya.

Merah Putih One For All [Suara.com/Rochmat]
Merah Putih One For All [Suara.com/Rochmat]

Tidak berafiliasi dengan studio besar, Junaid selama ini berkarya secara mandiri dan memasarkan hasil kreasinya melalui platform digital.

Sebagai kreator independen, penghasilan Junaid sebagian besar berasal dari penjualan karya digital dan dukungan komunitas. Karena itulah, isu penggunaan karyanya dalam film besar tanpa izin menjadi sangat sensitif baginya.

Awal Mula Persoalan

Kasus ini bermula ketika Junaid menemukan bahwa beberapa karakter digital buatannya diduga digunakan dalam film animasi Merah Putih: One For All. Ia menuding karakter tersebut dipakai tanpa izin, tanpa memberikan kredit, apalagi kompensasi.

Baca Juga: Memahami Rosemary's Baby Versi Pria dari Gambaran Film

Tudingan itu pertama kali disampaikan Junaid lewat komentar di kanal YouTube “Dibalik Mindplace”.

Dalam komentarnya, ia menulis bahwa ia adalah kreator dari karakter yang muncul di film tersebut, lalu mempertanyakan apakah dirinya akan mendapatkan bayaran maupun kredit.

Komentar itu sontak menjadi perhatian publik. Banyak warganet di Indonesia yang kemudian menaruh simpati dan mendesak agar Junaid menempuh jalur hukum.

Dukungan Publik dan Niat Menggugat

Merespons dukungan netizen, Junaid akhirnya mengunggah video pada 1 September 2025. Dalam video tersebut ia menegaskan siap menuntut pihak yang bertanggung jawab atas penggunaan karyanya.

Ia menyebut langkah hukum ini bukan semata-mata untuk dirinya, melainkan demi keadilan bagi seluruh seniman independen.

“Cukup sudah. Aku siap bangkit dan menuntut pertanggungjawaban yang kita semua dambakan,” ujar Junaid dalam pernyataannya.

Tantangan Finansial

Meski demikian, langkah hukum lintas negara tentu bukan perkara mudah. Junaid mengakui bahwa kendala terbesar ada pada biaya hukum yang besar, mulai dari pengacara hingga administrasi internasional.

Untuk mengatasi hal itu, ia melakukan strategi unik dengan menjual 10 karya seni orisinal beresolusi tinggi bertema merah-putih.

Setiap karya dijual dengan harga USD 5 atau sekitar Rp82 ribu. Langkah ini menjadi bentuk crowdfunding yang diharapkan bisa membantu biaya pengacara sekaligus memberi manfaat bagi pendukungnya.

Junaid menegaskan bahwa jika dana yang dibutuhkan terkumpul, ia akan segera menyewa pengacara, mengajukan gugatan resmi, dan hadir di pengadilan,

Ia juga memberi kebebasan penuh kepada pembeli karya seninya untuk menggunakan atau bahkan menjual kembali karya tersebut tanpa perlu membayar royalti tambahan.

Kasus Junaid Miran menjadi contoh nyata bagaimana isu hak cipta digital kian mendapat perhatian besar. Dari seorang seniman independen di Pakistan, namanya kini mendunia setelah melawan dugaan pelanggaran karya dalam film.

Bagi publik, kisah ini menjadi pengingat pentingnya menghargai hak cipta dan memberi apresiasi kepada kreator. Bagi Junaid, ini bukan hanya soal uang, melainkan tentang keadilan bagi seniman kecil yang sering kali karyanya terabaikan.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Mau notif berita penting & breaking news dari kami?