- Wali kota Semarang, Agustina Wilujeng, menilai membaca dapat menumbuhkan empati dan kepekaan sosial bagi seorang pemimpin.
- Ia mencontohkan program dana operasional RT sebagai wujud kepemimpinan partisipatif berbasis kepercayaan warga.
- Buku fiksi sejarah menjadi sumber inspirasi Agustina untuk memahami nilai-nilai kemanusiaan dan kepemimpinan sejati.
Suara.com - Bagi Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, membaca bukan sekadar aktivitas untuk mengisi waktu luang. Lebih dari itu, membaca adalah cara untuk memahami kehidupan dan menjadi pemimpin yang lebih bijak.
Dalam Seminar Kepemimpinan dan Literasi 2025 yang digelar KPwBI Jawa Tengah, Jumat (3/10), Agustina membagikan pandangannya soal makna kepemimpinan sejati.
Menurutnya, pemimpin harus memiliki visi, integritas, serta kemampuan mengelola konflik agar bisa menumbuhkan kepercayaan masyarakat.
“Kalau pemimpin fokus pada tujuannya dan mampu mengelola konflik, setengah tugasnya sudah terselesaikan,” ujarnya di hadapan ratusan mahasiswa dan akademisi.
Agustina juga mencontohkan program dana operasional 25 juta rupiah per RT di Kota Semarang sebagai bentuk kepemimpinan yang mengutamakan partisipasi warga.
Ia percaya, kepercayaan dan solidaritas tumbuh saat masyarakat dilibatkan secara langsung dalam proses pembangunan.
Dikenal juga sebagai Bunda Literasi Kota Semarang, Agustina berpesan agar para calon pemimpin rajin membaca.
Menurutnya, dari buku—terutama novel dan fiksi sejarah—kita bisa belajar nilai-nilai kemanusiaan dan kepemimpinan.
“Saya suka membaca fiksi sejarah. Dari kisah-kisahnya, kita bisa belajar bagaimana pemimpin sejati berjuang, berpikir, dan berempati,” tuturnya.
Baca Juga: Aman dan Nyaman, Wali Kota Semarang Pastikan Kotanya Siap Jadi Destinasi Liburan Wisatawan
Agustina meyakini, membaca bukan hanya memperkaya pikiran, tapi juga menumbuhkan empati terhadap masyarakat yang dipimpinnya.
“Kalau kita membaca dengan hati, kita jadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain,” pungkasnya.