Suara.com - Diet gluten-free atau bebas gluten bukan tren semata, tapi juga bisa dipengaruhi kondisi media. Untungnya beberapa jajanan tradisional sangat aman dikonsumsi karena tak menggunakan unsur gluten atau protein terigu dari bahan bakunya.
Jajanan tradisional bebas gluten dinilai oleh publik relatif lebih sehat terutama bagi para penderita celiac yang kesulitan mencerna makanan dengan gluten.
Secara medis, makanan gluten-free memang tak seratus persen lebih bergizi, namun bisa menjadi 'penyelamat' bagi para penderita celiac.
Di sisi lain, penganan tradisional yang bebas gluten berpotensi menjadi ide jualan yang kekinian. Namun bagi mereka yang belum berminat untuk berjualan, jajanan gluten-free juga bisa menjadi alternatif kudapan untuk bersantai.
Berikut beberapa jajanan tradisional yang gluten-free.
Es Sumsum

Es sumsum sebenarnya adalah variasi dingin dari hidangan tradisional yang sangat populer, yaitu bubur sumsum.
Bubur sumsum adalah hidangan tradisional yang berasal dari Pulau Jawa, khususnya dikenal di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Nama "sumsum" diambil karena tampilan dan teksturnya yang menyerupai sumsum tulang. Bubur ini berwarna putih bersih, bertekstur sangat lembut dan rasanya gurih.
Kombinasi dari tekstur, warna, dan rasa sontak melahirkan nama es sumsum.
Baca Juga: Seblak: Jajanan Indonesia yang Mendapatkan Popularitas di Thailand
Alasan utama mengapa bubur sumsum dan es sumsum secara alami bebas gluten terletak pada bahan baku utamanya yakni tepung beras.
Kue Cenil

Sama seperti bubur sumsum, cenil terbuat dari tepung tapioka atau singkong yang bebas gluten.
Cenil adalah salah satu jajanan pasar tradisional yang paling ikonik dari Jawa.
Penganan yang satu ini juga punya sejarah panjang karena diperkirakan sudah ada sejak era Mataram Kuno.
Makanan ini sangat ringan dan cocok menjadi 'ganjal perut' di kala sore hari bersama dengan teh hangat.
Kue Lupis

Lupis yang terbuat dari beras ketan juga bebas dari kandungan gluten, sehingga aman untuk para penderita celiac.
Kuah lumer dari gula jawa serta kue lupis yang empuk dipadu dengan parutan kelapa gurih membuat hidangan ini paling disukai oleh generasi tua.
Generasi muda juga mulai melirik hidangan ini karena rasanya yang manis dan gurih, cocok untuk mengobati rasa rindu berkunjung ke rumah orang tua.
Kue Talam

Kue talam adalah salah satu jajanan pasar tradisional yang paling populer dan memiliki sejarah panjang di Nusantara.
Konon, kue talam dikenal sejak lama oleh masyarakat Betawi sebagai salah satu identitas yang melekat.
Kue ini dikenal karena kombinasi rasa manis dan gurih yang khas, serta teksturnya yang lembut, kenyal, dan berlapis.
Bahan baku dari kue talam gluten-free karena dibuat dari tepung beras, tepung tapioka, santan, dan gula jawa.
Kue Cucur
![Potret kue cucur.[dok pribadi/Muchammad Rizky Ramadhan]](https://media.suara.com/pictures/original/2024/11/02/13009-potret-kue-cucurdok-pribadimuchammad-rizky-ramadhan.jpg)
Tak kalah legit dari hidangan-hidangan sebelumnya, kue cucur juga layak menjadi pilihan jajanan gluten-free.
Kue dengan nama imut ini bahkan dikenal tak hanya di Indonesia, namun sampai ke Negeri Jiran alias Malaysia.
Kunci dari cita rasa kue cucur adalah rasanya yang gurih manis serta sedikit renyah karena digoreng atau 'dicucur' ke dalam minyak panas.
Arem-Arem

Tak hanya jajanan manis, jajanan asin seperti arem-arem juga bebas gluten.
'Onigiri' versi lokal ini dibuat dengan nasi yang dikukus bersama isian berupa daging atau protein nabati dengan bumbu yang legit dan gurih.
Makanan ini dahulunya menjadi pengganti sarapan nasi karena mudah dibawa dan mengenyangkan.
Semar Mendem

Meski menggunakan kata 'mendem' atau 'mabuk', makanan ini bebas alkohol dan bebas gluten.
Semar mendem merupakan jajanan tradisional berupa nasi ketan berisi daging ayam yang dibungkus dengan telur dadar dan dikukus bersama.
Alasan dari penggunaan kata mabuk dalam makanan ini karena sifatnya yang membuat orang ketagihan.
Kata semar dipakai untuk menyebut makanan ini karena karakter wayang Semar punya fisik berisi dan pulen, mencerminkan karakteristik makanan ini.
Kontributor : Armand Ilham