Saat memasuki area masjid, pengunjung akan disambut oleh lima gerbang tua yang melambangkan lima rukun Islam. Gerbang utara, Gapuro Munggah, mewakili ziarah ke Mekah, mengingatkan umat Islam untuk melaksanakan ziarah jika mampu.
Gerbang berikutnya, Gapura Poso, menunjukkan kewajiban berpuasa selama Ramadhan. Setelah itu, pengunjung memasuki halaman masjid yang memiliki menara tinggi yang dibangun oleh Sunan Ampel.
Gapuro Ngamal mewakili amal, yang penting untuk konservasi masjid dan area kuburan di sampingnya.
Gapuro Madep menggambarkan shalat lima waktu, dan Gapuro Paneksen mencerminkan kesaksian iman kepada Allah dan Nabi Muhammad.
Hal menarik di sini adalah pot-pot tanah liat yang menyediakan air dari mata air yang tak pernah kering, bahkan di musim kemarau. Banyak orang menggunakan air tersebut untuk mencuci muka, percaya akan khasiatnya.
Area Masjid Sunan Ampel buka 24 jam, setiap hari, dan menjadi tujuan peziarah Muslim, terutama pada Kamis malam. Selain makam Sunan Ampel, terdapat juga makam keluarga dan pengikutnya di sekitar sini.
Makam Sunan Ampel memiliki gerbang tua berbentuk paduraksa yang terpisah dari makam lainnya, menandakan keistimewaannya.
Gerbang ini dihiasi bunga dan tanaman merambat, mirip dengan candi Hindu kuno yang memiliki Kala dan Makara. Di dalam gerbang terdapat medali dan bintang segi delapan.
Nisan Sunan Ampel dipisahkan oleh pagar setinggi lebih dari 1 meter dan berbentuk bunga teratai, simbol kepemimpinan spiritualnya. Motif teratai ini berkaitan dengan budaya Hindu-Buddha dari Kerajaan Majapahit.
Baca Juga: SJM Resorts Memperkenalkan Ragam Pengalaman Wisata Makau di Jakarta
Selain sebagai tempat ziarah, Ampel juga memiliki pasar dengan suasana Timur Tengah. Toko-toko di sana menjual souvenir, parfum, kurma, camilan, busana Muslim, buku-buku Islam, dan ada juga kios makanan yang menyajikan masakan Arab.
Bagi siapa pun yang mengunjungi Surabaya, Masjid Ampel dan Makam Ampel adalah tempat yang wajib disinggahi. Dengan kombinasi spiritualitas dan budaya, tempat ini menawarkan pengalaman ziarah yang tidak terlupakan.
Kontributor : Laili Nur Fajar Firdayanti