Suara.com - Batik bukan sekadar kain bermotif indah yang dikenakan untuk acara formal. Setiap goresan motif di dalamnya menyimpan makna mendalam, mencerminkan filosofi hidup, nilai spiritual, hingga pesan moral yang diwariskan turun-temurun.
Salah satu motif yang belakangan menarik perhatian publik adalah batik trimina, yang kerap dipakai oleh Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.
Motif batik ini menyimpan pesan budaya dan spiritual yang kerap kali ingin disampaikan oleh si pemakai.
Lalu, apa arti di balik motif batik trimina? Simak inilah selengkapnya.
Asal dan Filosofi Batik Trimina
Motif ini menggambarkan tiga ikan dengan satu kepala yang menyatu. Karenanya, batik motif trimina dikenal pula dengan sebutan "Iwak Telu Sirah Sanunggal" dalam bahasa Jawa. Sebutan tersebut memiliki arti "tiga ikan berkepala satu."
Di balik bentuknya yang unik, simbol tersebut menyimpan pesan spiritual yang dalam. Ikan diartikan sebagai lambang keikhlasan, diambil dari ungkapan "ikhlas ning awak" atau menerima segala sesuatu dengan pasrah dan tulus.

Sedangkan tiga tubuh ikan yang berpadu di satu kepala menjadi perlambang keesaan Tuhan serta kesatuan hakikat manusia sebagai hamba-Nya.
Meski manusia hidup dalam keragaman bentuk, peran, dan latar belakang, sesungguhnya semuanya bersumber dari satu titik yang sama Tuhan Yang Maha Esa.
Hal ini menjadi inti ajaran spiritual yang ingin disampaikan oleh batik Trimina. Motif ini mengingatkan pemakainya agar selalu bersyukur, rendah hati, dan menyadari bahwa segala hal yang terjadi di dunia hanyalah bagian dari kehendak Ilahi.
Baca Juga: Intip 6 Gaya Batik Menkeu Purbaya, dari Si Biru Andalan Sampai Motif Parang Buat Temui Sosok Spesial
Lebih dalam lagi, motif trimina juga berkaitan dengan ajaran tasawuf dalam tarekat Syattariyah. Ajaran ini menekankan hubungan yang tak terpisahkan antara jasad, ruh, dan Tuhan, serta antara Adam, Muhammad, dan Allah.
Melalui simbol tiga ikan berkepala satu, trimina menjadi media dakwah yang mengajarkan tentang kesatuan antara manusia dan Sang Pencipta dalam makna spiritual yang hakiki.
Dengan demikian, motif batik trimina tidak hanya memperindah penampilan, tapi hanya dengan busana yang menyimbolkan nilai hidup dan spiritualitas pemakainya.
Bahkan, ini menjadi pengingat akan pentingnya keseimbangan antara dunia lahir dan batin, antara kerja dan keikhlasan, serta antara manusia dan Tuhannya.
Kehadiran batik trimina di ruang publik melalui figur seperti Purbaya memberikan dampak yang lebih luas bagi masyarakat. Hal ini seolah menunjukkan bahwa batik bukan hanya sekadar seragam kantor pada hari Jumat, melainkan simbol karakter, filosofi hidup, dan ekspresi nilai bangsa.
Dalam konteks sosial, motif trimina mengajarkan pentingnya persatuan dalam keberagaman. Di tengah situasi bangsa yang majemuk, makna "tiga ikan berkepala satu" menjadi pengingat bahwa meski berbeda suku, agama, atau profesi, manusia tetap satu dalam kemanusiaan dan pengabdian.