Cara Baru Rekrutmen: Bukan Tunggu Pelamar, Tapi Bentuk Talenta Sendiri!

Vania Rossa Suara.Com
Jum'at, 24 Oktober 2025 | 10:51 WIB
Cara Baru Rekrutmen: Bukan Tunggu Pelamar, Tapi Bentuk Talenta Sendiri!
ilustrasi rekrutmen pekerja (Freepik/tirachardz)
Baca 10 detik
  • Program pengembangan talenta lokal ini menjadi terobosan baru di dunia industri, di mana perusahaan tidak lagi menunggu pelamar, tetapi aktif mencetak calon tenaga kerja sejak bangku sekolah.

  • Melalui kerja sama dengan SMK dan Bursa Kerja Khusus, program ini menghadirkan pelatihan, magang, dan bimbingan karakter untuk menyiapkan SDM tangguh yang siap terjun ke dunia kerja.

  • Inisiatif ini terbukti meningkatkan kemandirian daerah, memperluas kesempatan kerja bagi anak lokal, serta memperkuat ekosistem industri yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Suara.com - Di tengah tantangan industri yang terus berubah, pengembangan sumber daya manusia (SDM) lokal kini menjadi kunci penting bagi keberlanjutan dan daya saing. Banyak perusahaan mulai menyadari bahwa ketergantungan pada tenaga kerja siap pakai tidak lagi cukup untuk menjawab kebutuhan masa depan.

Pendekatan baru pun lahir—alih-alih menunggu pelamar datang, perusahaan justru memilih untuk menyiapkan dan membentuk sendiri talenta lokal sejak dini melalui kolaborasi dengan sekolah kejuruan di sekitar wilayah operasional mereka.

Inilah yang dilakukan PT Pamapersada Nusantara (PAMA). Perusahaan tambang ini memilih membangun sumber daya manusia (SDM) lokal dari akarnya — memastikan setiap talenta daerah memiliki peluang yang sama untuk tumbuh dan berkontribusi.

Komitmen itu diwujudkan lewat program Local Source Development (LSD), inisiatif strategis yang kini diakui secara nasional setelah membawa PAMA meraih penghargaan “Inclusive Recruitment to Improve Positive Social Impact” dalam ajang Indonesia Best Workplace Award 2025.

Membangun dari Hulu: Saat Dunia Industri Turun ke Sekolah

Program Local Source Development (LSD) yang diluncurkan sejak 2021 lahir dari kesadaran bahwa ketimpangan akses kerja antara daerah dan kota besar tak bisa diselesaikan hanya dengan lowongan kerja.

PAMA mengambil pendekatan yang berbeda: turun langsung ke sekolah-sekolah kejuruan (SMK) dan berkolaborasi dengan Bursa Kerja Khusus (BKK) untuk membangun sistem pelatihan, magang, dan kurikulum yang relevan dengan dunia kerja nyata.

Program ini menyentuh empat pilar penting — guru, siswa, kurikulum, dan infrastruktur.

Guru dan siswa dibekali pelatihan, sementara kelas industri dibentuk agar para pelajar bisa belajar dengan standar kerja yang sama seperti di tambang sesungguhnya.

Baca Juga: Berapa Gaji Pegawai PLN? Ini Link, Syarat, dan Cara Daftar Rekrutmen PLN 2025

“PAMA tidak menunggu talenta datang, tapi menyiapkan mereka sejak dini,” ujar Abdul Nasir Maksum, Direktur HCGS, CCKM, dan LSP PAMA.

Abdul Nasir Maksum, Direktur HCGS, CCKM, dan LSP PAMA. (dok. PAMA)
Abdul Nasir Maksum, Direktur HCGS, CCKM, dan LSP PAMA. (dok. PAMA)

“Ini investasi jangka panjang. Kami ingin membentuk SDM lokal yang kuat, bukan hanya terampil secara teknis, tapi juga tangguh secara mental,” lanjutnya.

Bahkan, PAMA menggandeng TNI/Polri dalam program Bimbingan Mental dan Fisik (Bintalsik) untuk menanamkan nilai kedisiplinan dan kerja keras — nilai yang menjadi fondasi budaya kerja perusahaan.

Sejak dijalankan, program LSD telah menghasilkan BKK Center Lokal di berbagai daerah, menjadi sumber utama rekrutmen bagi PAMA.

Langkah ini tak hanya memperkuat ketersediaan tenaga kerja di sekitar wilayah operasional, tapi juga mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja dari Pulau Jawa — masalah klasik yang lama membayangi industri pertambangan nasional.

Bagi masyarakat lokal, keberadaan LSD berarti harapan baru. Mereka tak lagi harus meninggalkan kampung halaman untuk mendapat pekerjaan layak.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI