- Hari Raya Pemuda 2025 di Melting Pop jadi cara baru generasi muda menyalakan semangat Sumpah Pemuda lewat kolaborasi dan aksi nyata.
- Infipop dan Muda-Mudahan ajak anak muda menafsir ulang Sumpah Pemuda dengan diskusi, karya, dan perayaan lintas komunitas.
- Acara ini menegaskan Sumpah Pemuda bukan sekadar sejarah, tapi gerakan kreatif menuju 100 tahun persatuan Indonesia.
Suara.com - Setiap 28 Oktober, kita mengenang Sumpah Pemuda sebagai tonggak lahirnya semangat persatuan bangsa. Namun di tengah derasnya arus digital, bagaimana generasi muda hari ini menafsir ulang makna sumpah itu?
Jawabannya hadir lewat perayaan Hari Raya Pemuda 2025, sebuah gerakan kolaboratif yang digelar oleh infipop dan Muda-Mudahan di Melting Pop, M Bloc Jakarta Selatan.
Acara ini bukan sekadar festival atau talkshow, melainkan sebuah gerakan untuk menafsir ulang makna Sumpah Pemuda di era digital. Di tengah dunia yang makin terkoneksi tapi terasa terpisah-pisah, generasi muda diajak untuk kembali mencari “narasi bersama”, tempat di mana energi, keresahan, dan cita-cita mereka bisa bertemu.
Seperti kata Dhanu Riza, Chief Content Officer infipop, “Hari Raya Pemuda 2025 ini sebenarnya adalah awal rangkaian menuju 100 tahun Sumpah Pemuda di 2028. Kami merasa penting bagi orang muda hari ini punya problem bersama yang disepakati, lalu narasi bersama untuk menghadapinya bareng-bareng, kayak Jong-jong Indonesia dulu.”
Selama satu hari penuh, Melting Pop berubah menjadi ruang lebur gagasan dan kolaborasi. Ada diskusi lintas isu, sesi berbagi pengalaman, hingga forum terbuka tempat komunitas bisa merumuskan langkah nyata bersama.
Formatnya sengaja dibuat cair, lebih mirip obrolan santai ketimbang seminar formal — karena justru dari suasana seperti itulah ide sering lahir.
Salah satu sesi yang paling menarik perhatian adalah “Gosipin Isu Masa Kini”, di mana para pegiat komunitas seperti Florida Andriana dari ThinkPolicy dan Vikra Ijas dari Kitabisa berbincang tentang bagaimana kolaborasi bisa menjaga semangat kolektif di tengah perbedaan isu.
Ada juga “Saat Viral Jadi Awal dari Perubahan”, yang membedah cara virality dan media sosial bisa menjadi alat perjuangan sosial baru, menghadirkan Atha Rasyadi dari Greenpeace Indonesia dan Firdza Radiany dari Pandemic Talks.
Semua itu berpuncak pada “Meja Diskusi Perjuangan Orang Muda”, sebuah unconference yang mengajak peserta benar-benar merumuskan ide kolaboratif lintas komunitas.
Baca Juga: Hari Sumpah Pemuda 2025 Upacara Pakai Baju Apa? Ini Aturan untuk ASN dan Pegawai
Di sela sesi reflektif, peserta juga menikmati arsip karya komunitas, permainan interaktif, karaoke malam, dan networking session. Perayaan ini seolah menunjukkan bahwa memperjuangkan sesuatu tidak harus kaku, bisa hangat, ringan, tapi tetap bermakna.
Melting Pop sendiri, dengan desain modular dan dukungan ekosistem digital infipop, menjadi simbol nyata dari ruang baru tempat ide tumbuh dan diperkuat bersama komunitas.
Menariknya, semangat Sumpah Pemuda juga diterjemahkan dalam bentuk ekspresi visual lewat kolaborasi infipop dengan brand streetwear Insurgent. Lewat koleksi eksklusif bertajuk “Renegade of 1928: Beyond The Pledge”, mereka menghadirkan t-shirt, jaket, dan tas kanvas yang terinspirasi dari tiga simbol kunci Sumpah Pemuda: darah, bahasa, dan persatuan.
“Kita ingin mengajak orang muda melampaui sumpah, bukan hanya mengulangnya,” ujar salah satu perwakilan Insurgent. Koleksi ini menjadi bentuk perlawanan kreatif, bahwa sumpah dan janji perlu diwujudkan dalam aksi nyata, sekecil apa pun bentuknya.
Pada akhirnya, Hari Raya Pemuda bukan sekadar acara, tapi pernyataan bahwa semangat Sumpah Pemuda tetap hidup dan berevolusi. Generasi muda hari ini tidak hanya mewarisi semangat persatuan, tapi juga menulis ulang artinya dalam konteks mereka sendiri: melalui kolaborasi lintas isu, keberanian bersuara, dan ruang yang memberi tempat untuk tumbuh bersama.
Di tangan mereka, perayaan Sumpah Pemuda bukan lagi nostalgia masa lalu, melainkan langkah awal menuju masa depan, menuju satu abad Sumpah Pemuda pada 2028 nanti, di mana mimpi dan aksi kembali bersatu seperti dulu para Jong mendeklarasikan persatuan Indonesia.