Suara.com - Perjuangan melawan kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ternyata tak hanya melibatkan kaum adam saja. Ratusan perempuan yang tergabung dalam tentara Partai Pekerja Kurdistan (PKK) juga turut ambil bagian dalam pertempuran kontra ISIS.
Ratusan perempuan tersebut menyeberang ke Irak untuk membantu mengusir ISIS keluar dari negeri tersebut. Keikutsertaan mereka didasarkan pada aksi penculikan 3.000 perempuan Irak oleh ISIS
Di tangan ISIS, masa depan para perempuan yang diculik disebut-sebut bakal tidak akan memiliki masa depan cerah. Bisa saja mereka dipaksa menikah dengan serdadu ISIS. Bisa pula, mereka menjadi budak seks, dan yang terparah, tak menutup kemungkinan, mereka akan dibunuh jika tidak mau pindah agama.
Berbekal persenjataan berat, mereka berjuang di samping ratusan tentara PKK lelaki dan dengan dukungan udara dari pesawat tempur Amerika Serikat. Mereka juga bekerja sama dengan pasukan Kurdi Peshmerga di Kota Erbil dan Pegunungan Sinjar.
"Dukungan kami bagi peshmerga sama pentingnya dengan dukungan dari AS. Pengeboman saja tidak akan bisa menyingkirkan kelompok gerilya," kata Sedar Botan, seorang komandan veteran tentara PKK perempuan.
Kami akan terus bertempur hingga seluruh wilayah Kurdistan aman," lanjutnya.
Etnis Kurdi sendiri adalah kelompok etnis terbesar di dunia yang tidak memiliki negara. Populasi mereka menyebar di sebagian Turki, Suriah, Irak, dan Iran. PKK sendiri telah lama memperjuangan wilayah mereka menjadi wilayah otonomi, lepas dari kekuasaan pemerintah Turki. (Mirror)