Gombloh, Terkenal Waktu Muda, Bahagia Setelah Tua

Siswanto Suara.Com
Rabu, 08 Juli 2015 | 15:55 WIB
Gombloh, Terkenal Waktu Muda, Bahagia Setelah Tua
Eddy Gombloh, Rabu (8/7/2015) [Suara.com/Wita Ayodhyaputri]

Suara.com - Edi Gombloh atau yang akrab disapa Gombloh sudah lama tak terdengar namanya. Ia sangat terkenal di era 1980-an sampai 1990-an. Di era kejayaan, Gombloh selalu muncul di layar televisi.

Walau namanya tak bersinar lagi di jagat hiburan, dia tetap menikmati keseharian. Dia bersyukur, hari-hari tuanya menyenangkan.

Untuk mencukupi ekonomi, dia memetik buah salak di kebunnya yang seluar sekitar seribu meter yang terletak di Turi, Sleman, Yogyakarta.

Dia juga mengandalkan pendapatan dari biaya sewa empat ruko di pinggiran Jakarta, mobil, rumah.

"Ya ini juga karena dulu saya gak macem - macem, saya nggak ngerokok, nggak mabuk - mabukan, jadi pulang syuting ya saya pikir anak istri sudah nunggu, saya nggak gengsi buat naik angkot karena mungkin dulunya kebiasaan prihatin,"kata Gombloh.

Sejak muda, Gombloh sudah menyadari betul tentang arti tak memiliki jaminan di hari tua.

"Daripada untuk senang - senang, kan bisa ditabung atau diinvestasikan, beli tanah, rumah jadi nanti dikemudian hari itu bisa berguna," kata Gombloh.

Gombloh mengajak kita belajar tentang menghargai hasil jerih payah. Ia bercerita tentang temannya yang dulu juga sangat terkenal. Semasa muda, teman Gomloh terbilang suka foya-foya.

Setelah tua, kehidupan teman Gombloh tak semujur Gombloh. Kehidupannya bisa dikatakan menderita.

"Dulu ada teman, begitu terima uang langsung ke diskotik, minum - minum, judi sampai uang habis, sekali taruhan bisa 5juta sampai 10juta pada saat itu, ya akhirnya pas tua kehidupannya berbalik," kata Gombloh yang beberapa hari lalu baru menjalani operasi katarak.

Gombloh yang sekarang menderita pengapuran tulang lutut itu bercerita dulu pernah menerima penghasilan Rp2 juta untuk satu judul film dan hanya syuting satu hari.

Tak gengsi

Sebelum sakit, Gombloh ikut menjaga usaha foto copy dan alat tulis miliknya di samping rumah.

Dia tak malu untuk melayani para pembeli. Prinsip hidup Gombloh, dia tak ingin menyusahkan dan meminta bantuan orang lain, terutama secara ekonomi.

Dia bertekat sampai mati jangan sampai ada penggalangan dana untuk dirinya ketika sakit..

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI