Suara.com - Supiani (44) adalah salah satu guru honorer SMP Cileles, Lebak, Banten, yang ikut demonstrasi bersama sekitar 2.300 guru honorer yang tergabung dalam Persatuan Guru Republik Indonesia di depan gedung DPR/MPR, Selasa (15/9/2015). Supiani berharap pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla memenuhi tuntutan para pendidik.
Tuntutan para guru honorer kepada pemerintah pusat, antara lain diangkat menjadi pegawai negeri sipil dan kesejahteraan ditingkatkan.
Saat ditemui Suara.com, Supiani tengah berada di pinggiran tembok pagar gedung DPR untuk berteduh sejenak. Dia sengaja minggir ke tempat yang sepi karena tiba-tiba teringat pesan istri di rumah sebelum berangkat ke Jakarta.
"Saya dibilang hati-hati, jangan ikut-ikutan gontok-gontokan, ini kan aksinya bareng buruh, ngeri ada yang memanfaatkan situasi," kata Supiani.
Supiani sudah menjadi guru honorer selama 18 di sekolah yang sama.
Pertamakali menjadi guru honorer, honornya sebesar Rp60ribu, sekarang alhamdulillah sudah naik, menjadi Rp225 ribu per bulan.
Dengan honor sebesar itu, kata Supiani, tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarga pada zaman sekarang. Apalagi harga-harga kebutuhan pokok naik terus.
Supiani berharap pemerintah mendengar permasalahan para guru honorer di seluruh Indonesia dan memberi solusi.
Untuk ikut aksi demonstrasi hari ini, dia berangkat sekitar pukul 03.00 WIB. Rombongan guru dari Lebak naik bus. Mereka sampai di depan gedung DPR pukul 09.00 WIB.
Untuk berangkat ke Jakarta, katanya, para guru urunan. Setiap orang membayar Rp100 ribu. Uang itu untuk sewa bus sampai makan dan minum selama di jalan dan di Jakarta.
"Uang ongkosnya saya pinjem sama keluarga. Terus saya dikasih bekal sama istri saya Rp50 ribu. Saya sempat minta bantuan sama sekolah, tapi tidak dikasih," ujar Supiani.
Kalau saja istri Supiani tidak sedang menyusui anak ketiga yang baru berusia satu tahun, mereka pasti berangkat bareng ke Jakarta. Istri Supiani juga seorang guru honorer SD 4 Cikareo, Cileles, Lebak.
Supiani berharap betul aksi hari ini bisa menjadi jalan keluar permasalahan ekonomi guru honorer, khususnya keluarga Supiani. Saat ini, anak paling tua Supiani masih duduk bangku SMA kelas 3.
"Anak saya ada yang kelas 1 SMP di Cileles, yang paling tua kelas 3 SMA Rangkasbitung. Setelah lulus SMA juga bingung mau ngapain, paling dia kerja. Tapi kalau ada pengangkatan jadi kebantu, siapa tahu anak saya bisa kuliah. Kalau kondisi kaya gini, kan nggak bisa bantu," katanya.