Suara.com - Muka air tanah di salah satu kawasan Kota Bandung, Jawa Barat, saat ini mengalami penurunan hingga 75 meter, kata Dosen Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung (ITB) Rudy Sayoga Gautama.
"Itu terutama di daerah yang banyak eksploitasi airnya. Misalnya, di kawasan Stasiun (Bandung) ada yang tekanan air tanahnya itu 28 meter di atas permukaaan, sekarang turun di bawah permukaan," ungkap Rudy Sayoga Gautama, pada diskusi tentang pengelolaan air tanah di Bandung, Sabtu.
Ia menjelaskan, penurunan muka air tanah di Kota Bandung salah satunya dikarenakan penggunaan air tanah yang tidak terkendali, seperti untuk pembangunan industri pada beberapa daerah dengan kondisi air tanah yang nisbi baik.
"Dampaknya jumlah air tanah akan berkurang, dulu kalau kita bikin sumur lima meter ada airnya, sekarang minimal harus 20 meter. Dampak lain permukaan tanah bisa amblas," ucap dia.
Dengan segala macam eksploitasi air yang ada maka bisa dikatakan Kota Bandung dengan segala pembangunan fisik yang terus berkembang maka saat ini masuk dalam kondisi kritis air.
"Kritis, artinya akhirnya cadangannya berkurang bahkan bisa habis," tutur dia.
Menurut dia, untuk mengembalikan kondisi air tanah di Kota Bandung membutuhkan waktu lama, dan untuk mengalirkan air dari daerah resapan ke daerah yang lebih rendah secara alami akan menampungnya dibutuhkan waktu puluhan, bahkan hingga ratusan tahun.
"Dan menormalkan kembali muka air tanah tidak mudah maka peran pemerintah harus menjadi utama. Pemerintah harus bisa tegas dalam pengelolaan air," ujarnya, menegaskan.
Sementara itu, Ahli Air Tanah dari ITB Prof Lambok Hutasoit mengemukakan bahwa kritis air yang terjadi di kota besar seperti Kota Bandung, mayoritas dikarenakan karena faktor manusia.
"Bayangkan saja dari mana coba hotel-hotel itu airnya. Air PDAM, tak ada. PDAM tak mampu. Kondisi ini diperburuk dengan berkembangnya industri yang menggunakan bahan baku utama air. Adanya intensitas pengambilan air tanah yang cukup besar membuat muka air tanah di Bandung terus menurun," imbuhnya.
Oleh karena itu, terkait isu krisis air bersih yang semakin meningkat pada diskusi tersebut dikenalkan konsep air tanah sebagai sumber daya terbarukan dengan catatan.
"Maksud dari terbarukan dengan catatan, karena sekarang ekspolitasi terlalu banyak sehingga bukan terbarukan tapi harusnya dia tetap, karena karena ekspolitasinya banyak maka dia akan berkurang dan suatu saat akan habis, sehingga yang disebut terbarukan menjadi tidak terbarukan, catatannya seperti itu," papar Rudy Sayoga Gautama.
Muka Air Tanah di Bandung Turun 75 Meter
Ardi Mandiri Suara.Com
Minggu, 27 September 2015 | 06:07 WIB

BERITA TERKAIT
Dulu Nyaris ke Persib, Patrick Cruz Kini Gabung Kendal Tornado FC
03 Agustus 2025 | 17:41 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI