Suara.com - Amerika Serikat menanggapi rencana Presiden Rusia Vladimir Putin menarik pasukannya dari Suriah. Pasalnya, belum terlihta tanda-tanda militer negara Beruang Merah bakal hengkang dari negara konflik tersebut.
Keraguan ini disampaikan dua pejabat tinggi AS kepada Reuters. Apalagi, mereka berencana tetap menempatkan kekuatan militernya di Pelabuhan Tartous dan di Pangkalan udara Hmeymimdi provinsi Latakia.
"Kami akan pelajari rencana Putin dalam beberapa jam," kata pejabat yang enggan disebutkan namanya.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin berjanji akan menarik pasukannya dari Suriah setelah 5 bulan melancarkan operasi militer untuk mendukung pemerintahan Bashar al Assad. Pernyataan ini disampaikan dalam rapat bersama Menteri Pertahanan dan Menteri Luar Negeri di Moskow.
Keputusan ini dibuat tepat saat PBB menggelar perundingan perdamaian Suriah di Jenewa.
Menurut Putin, pasukan Rusia sudah hampir memenuhi tugasnya di negara konflik tersebut. Dalam pidatonya, Putin juga memerintahkan upaya diplomasi guna mengakhiri perang saudara di sana.
"Saya percaya tugas dari Kementerian Pertahanan dan angkatan bersenjata Rusia sudah terpenuhi,"kata Putin seperti dikutip lama Reuters.
"Karena itu saya memerintahkan Menteri Pertahanan, untuk memulai penarikan kontingen militer dari Suriah mulai besok," lanjutnya.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov memastikan Putin telah berkomunikasi dengan Al Assad terkait rencana penarikan militer Rusia dari Suriah.
Rencana penarikan ini diduga buntut dari dipotongnya anggaran militer Rusia sebanayak 5 persen pada 2016. Menurut Wakil Menteri Pertahanan Rusia Tatian Shevtsova anggaran pertahanan mereka meningkat. Hal ini sejalan dengan rencana Putin mengembalikan kekuatan militer Rusia di mata dunia. (Reuters)