"Banyak orang salah memaknai tradisi dalam budaya tersebut. Kami berupaya mengembalikannya ke pemahaman yang tepat," kata manajer program Onyango Ondeng di tengah persiapan menyambut Hari Janda Internasional pada Kamis.
Komunitas pembela hak asasi manusia lain turut bekerja sama dengan komunitas adat Meru dan Kalenjin di dataran tinggi bagian utara Nairobi, Kenya dalam program pemberdayaan serupa.
"Peninggalan itu tidak perlu dimaknai secara seksual," kata Ondeng.
"Kami telah memberdayakan pada tetua adat, mereka telah menjelaskan ke komunitas adat bahwa peninggalan itu diantaranya termasuk mengurus perekonomian istri yang ditinggalkan, dan membiarkan mereka menempati tanah warisannya." Para tetua adat telah mendorong tiap keluarga agar mengadopsi ritual yang lebih aman, misalnya dengan menggantungkan jaket saudara ipar di rumah janda tersebut.
Jaket itu merupakan simbol peninggalan keluarga yang dapat dimiliki para janda.
Saudara ipar Wekesa kini telah menerima perempuan itu. Ia pun hidup tenang berternak ayam dan bebek di rumahnya, dekat Danau Victoria.
"Keadaan kami cukup baik," ungkapnya.
"Saat warga lain punya masalah, mereka datang ke saya meminta saran," katanya menambahkan. (Antara)