Ahok Seharusnya Bijak karena Korban Gusuran Menunggu Momentum

Rabu, 13 Juli 2016 | 14:52 WIB
Ahok Seharusnya Bijak karena Korban Gusuran Menunggu Momentum
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok meninggalkan gedung Bareskrim Mabes Polri usai menjalani pemeriksaan di Jakarta, Selasa (21/6). [suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Anggota Komisi II DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Arteria Dahlan, meminta Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bersikap bijaksana dalam melakukan penertiban hunian masyarakat. Katanya, penggusuran yang selalu menimbulkan kericuhan harus segera disudahi.

"Saran saya pak Ahok harus lebih bijaksana, kejadian penggusuran demi penggusuran yang selalu berujung ricuh ini harus dihentikan, dan jangan sampai terulang," kata Arteria, di komplek DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (13/7/2016).

Pernyataan Arteria ini menyusul upaya Pemprov DKI Jakarta menertibkan hunian di bantaran sungai Ciliwung.

Menurut Arteria, selama ini masyarakat tidak berdiam diri dalam menyikapi penggusuran-penggusuran yang dilakukan oleh Pemprov DKI. Melainkan menunggu waktu yang tepat untuk memberikan perlawanan dan dipastikan akan menimbul konflik yang membahayakan.

"Rakyat bukannya diam, mereka hanya mencari dan menunggu momentum saja untuk melakukan perlawanan, dan itu berbahaya," tutur Arteria.

Arteria melanjutkan, penggusuran sangat berkaitan erat dengan hajat hidup orang banyak. Masyarakat akan memberikan perlawanan kepada pemerintah jika mereka sudah tidak tahan dengan perlakuan di luar batas kemanusiaan.

"Bicara penggusuran itu tidak sekadar isu hukum semata, benar salah, hak dan tidak berhak, ini bicara hidup dan kehidupan, oleh karena itu tidak bisa untuk jadi konsumsi kebijakan dan sosialisasi tahunan," kata Arteria.

Arteria menilai, penggusuran demi penggusuran yang dilakukan oleh Pemprov DKI selalu mendadak. Seakan-akan masyarakat tidak diberikan waktu yang cukup untuk melakukan persiapan.

"Seyogyanya kita sosialisasikan untuk 5 atau 10 tahun ke depan, jadi mereka prepare, dan kalau masih bandel juga, ya apa boleh buat. Tapi kali ini kan lain, dengan seketika orang disuruh pindah dari hidup dan kehidupannya," tutur Arteria.

Sementara itu, solusi atas tindakan pemerintah tersebut juga tidak setimpal. Malahan justru memberikan masalah tersendiri bagi masyarakat yang dipindahkan dari tempatnya semula.

"Kompensasinya juga Rusunawa Rawabebek yang lokasinya sangat jauh dari tempat semula, budayanya pun berbeda," kata Arteria.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI