Nelly Dona Elita Hutabarat (58), seorang guru asal Deli Serdang, Sumatera Utara, terus berjuang menuntut keadilan atas kasus pengusiran dan pembongkaran rumah dinasnya di Jalan Irian, Sempali, Deli Serdang, Sumatera Utara.
Nelly pun menggelar aksi dengan berdiri dengan membawa karton bertuliskan harapan untuk menuntut keadilan kepada pemerintah di depan Istana Merdeka, pada Rabu (13/7/2016). Nelly mengatakan rumah dinasnya dibongkar secara tidak manusiawi oleh pihak Dispora dan Kepala Desa setempat.
Namun aksinya sempat diberhentikan dan digiring aparat kepolisian ke pos polisi oleh Kompol Roro dari Polda Metro Jaya ke pospol terdekat.
"Ayo Bu, makan siang dulu. Nanti dilanjutkan lagi aksinya," ujar salah satu petugas kepada Nelly.
Sementara itu, Wakil Kepala Polres Jakarta Pusat, Ajun Komisaris Besar Polisi Roma Hutajulu mengatakan, Nelly digiring dikarenakan adanya pelantikan Jenderal Tito Karnavian menjadi Kapolri di Istana Presiden. Tak hanya itu, Roma juga menilai aksi Nelly juga tak memiliki izin aksi di depan Istana.
"Tadi sudah dikondisikan sama anggota supaya diarahkan ke pospol. Soalnya sedang ada pelantikan, Presiden. Dan dia juga nggak punya surat izin,"ujar Roma di Depan Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (13/7/2016).
Sementara itu, Nelly mengatakan dirinya tak mengetahui untuk perizinan jika ingin melakukan demo.
"Katanya saya dibilang nggak ada izin. Gimana saya mau izin, saya juga nggak tahu izinnya di Polres mana, mana saya tahu," kata Nelly.
Sebelumnya, Nelly yang mengenakan seragam Pegawai Negeri Sipil (PNS) menggelar aksinya, dengan membawa karton putih yang berisikan harapan Nelly yang menjadi korban penggusuran secara paksa.
"Bapak Teten Masduki. Tolong saya pa, sudah lima tahun saya berjuang untuk keadilan. Saya guru tertindas dari Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Saya datang ke Jakarta ini, untuk bisa bertemu langsung dengan Pak Presiden. Harapan terakhir saya mewujudkan keadilan," jelas Nelly sambil membacakan tulisan yang dikalungkan didadanya.