Intoleransi Jadi Tantangan Berat Indonesia

Kamis, 29 Desember 2016 | 17:53 WIB
Intoleransi Jadi Tantangan Berat Indonesia
Ilustrasi toleransi beragama. (Shutterstock)

"Termasuk tantangan fundamentalisme, radikalisme, ekstrimisme yang ada di mana-mana," kata Din.

Hal itu, kata Din, sangat mudah diatasi apabila semua kelompok-kelompok besar yang ada di Indonesia, seperti suku, agama dan organisasi kemasyarakatan lainnya, sama-sama memiliki keinginan kuat untuk bersatu.

"Saya berkeinginan, karena mayoritas bangsa ini menginginkan Indonesia yang bersatu dan juga Indonesia yang maju. Sebab itu saya mendirikan Pergerakan Indonesia Maju, yang juga bersifat lintas agama, suku, profesi," kata Din.

Kekerasan dan diskriminasi atas nama agama terus terjadi di Indonesia. Keyakinan, suku, dan ras menjadi alat untuk kepentingan mendapatkan kekuasaan di Indonesia, terutama jelang pemilihan umum (Pemilu).

Mereka yang menjadi sasaran intoleransi adalah kelompok minoritas, di antaranya Ahmadiyah, Syiah, Tionghoa dan nasrani. Kelompok lebian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) pernah menjadi bulan-bulanan untuk dipersalahkan.

Bahkan sampai penghujung tahun 2016 ini, sentimen negatif terhadap warga keturunan Cina menguat. Kebencian disebar dengan dalih nasionalisme dan kepentingan kelompok radikal.

Salah satu lembaga yang beruang untuk keberagaman dan toleransi, Wahid Institute pernah memberikan hasil survei tentang potensi intoleransi dan radikalisme sosial keagamaan di kalangan muslim Indonesia. Hasilnya, Indonesia masih rawan terhadap intoleransi dan radikalisme.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI