"Meski aku memunyai anak dan aku mencintai mereka, aku tetap merasa hampa dan salah. Sampai-sampai aku menderita depresi. Akhirnya aku dan mantan istriku memutuskan cerai pada saat itu," terangnya.
Untuk menenangkan hatinya setelah bercerai, ia lantas mengucilkan diri dari dunia luar. Selama tiga bulan ia hanya berada di sebuah lumbung untuk berefleksi atas keputusan dan hasratnya untuk menjalani hidup secara Islami sekaligus sebagai homoseksual.
"Akhirnya, setelah 80 hari berturut-turut aku berpuasa dan berserah diri kepada Allah, aku mendapat pencerahan. Saat itu aku memutuskan untuk merintah siar agama, membangun masjid, sekaligus menjadi homoseksual," tuturnya.
Ketika kehidupannya mulai membaik itulah ia berkenalan dengan pria yang kekinian menjadi teman hidup dan sekaligus partner seksualnya.
Muhsin tak mempersoalkan pasangan hidupnya itu tak seagama dengan dirinya.
"Manusia tak berhak menghakimi sesama manusia karena ada perbedaan. Sebab, penghakiman adalah hak mutlak Allah," tandasnya.