Suara.com - Usai menjalani operasi bayi perempuan yang terlahir tanpa anus putri pasangan Kadek Kirtayasa (20) dan Wayan Tami Putriani (20), warga Dusun Klandis, Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Bali, akhirnya meninggal dunia.
Padahal, Kirtayasa dan Tami baru saja menikmati kebahagiaan dengan kelahiran anak keduanya. Bahkan, kedua orang tuanya itu sudah memberinya nama cantik untuk bayi ini, yakni Ni Kadek Anindita Iswari.
Meninggalnya Anindita disebabkan kondisinya semakin melemah pasca dilakukan operasi di RSUD Buleleng, bahkan Anindita sempat beberapa kali drop, saat dalam perawatan di NICU RSUD Buleleng.
Wakil Direktur Pelayanan RSUD Buleleng Putu Sudarsana mengonfirmasi meninggalnya bayi tanpa anus, meski langkah-langkah secara medis telah dilakukan guna membantu bayi.
"Menjelang dinihari bayi tersebut meninggal dunia," sebut Sudarsana.
Tim medis mengambil tindakan operasi setelah diketahui bayi itu dilahirkan tidak memiliki lubang anus. Meski lahir normal Anindita yang lahir 16 juli 2017 pukul 09.00 Wita, dengan berat 4 kilogram, dibawa ke IGD RSUD Buleleng.
Akkhirnya pada Rabu (19/7) perut kembung, setelah diperiksa diputuskan operasi saat itu juga. Operasi berlangsung dari jam 21.00 sampai 23.00. "Selanjutnya dirawat di ruang NICU dan meninggal jam 24.20 wita tadi pagi dengan diagnosa sepsis," tutur Sudarsana.
Sudarsana menjelaskan, sepsis merupakan suatu keadaan yang berhubungan dengan adanya infeksi oleh bakteri. Jika tidak segera diatasi, Sepsis dapat menyebabkan kematian penderita.
Dijelaskan, upaya penanganan di RSUD sudah dilakukan oleh tim dokter bedah digestif. Pada awalnya, dilakukan pembuangan kotoran sementara atau colostomy.
Selanjutnya, kurang lebih 6 bulan baru dibuatkan lubang anus yang permanen, hal ini belum bisa dilakukan keburu pasien meninggal karena sepsis. Kelahiran bayi tanpa anus tidak dapat diperidiksi sebelumnya, sebab ada beberapa factor yang mempengarugi bayi saat dalam kandungan tersebut.
Secara medis kasus atresia ani ini belum diketahui dengan pasti penyebabnya dan tidak bisa diprediksi sebelumnya, para ahli menduga hal ini terkait dengan faktor genetika.
"Hal ini terjadi saat usia kehamilan 8 minggu dimana tidak terjadi pembelahan organ-organ dalam dengan sempurna," ujar Sudarsana yang dokter spesialis kandungan itu.
Direktur RSUD Buleleng, dr. Gede Wiartana juga memberikan penjelasan, kondisi bayi sempat drop akibat gula darahnya mengalami penurunan drastis.
"Kemudian dengan penanganan medis, kondisi bayi malang itu bisa membaik. Selain itu juga ada kebocoran di saluran usus ke vagina, karena ada saluran kecil," imbuhnya.
Diketahui, setelah lima hari terlahir ke dunia, kondisi bayi Anindita terus melemah hingga akhirnya meninggal dunia. Putri Kirtayasa dan Tami dibawa ke rumah duka di Dusun Klandis, Desa Pakisan guna menjalani prosesi penguburan. (kabarnusa)