Ia pernah tinggal di Pekalongan, Jawa Tengah, sebelum kembali pada 1957 dan menjadi pegawai negeri sipil di China.
Dengan didampingi istrinya, Chen Xiu Qun (78), Li sabar dan telaten memberikan pemahaman tentang Indonesia kepada cucunya, Da Yu Xiang (16).
"Wo ting bu dong, shenme shuo (Saya tidak mengerti apa yang mereka katakan)," kata Da, saat acara panggung gembira selepas upacara pengibaran bendera Merah Putih.
Chen, sang nenek yang berasal dari Bangka, Provinsi Bangka Belitung, perlahan-lahan memberikan penjelasan bahwa tidak lama lagi akan tampil tari Bengawan Solo oleh kelompok "Huaqiao" (warga keturunan Tionghoa).
Setiap kali berganti acara di panggung yang didirikan di sebelah timur gedung utama KBRI, Li dan Chen bergantian menjadi pengalih bahasa dadakan bagi cucu prianya yang saat itu mengenakan batik khas Pekalongan tersebut.
"Dari teman kakek bernama Agus," ucap Da mengenai batik dominan warna cokelat yang dikenakannya itu.
Di sela-sela acara panggung gembira berlangsung, remaja yang duduk di bangku kelas II sekolah menengah atas di Beijing tersebut sibuk dengan gawainya.
Namun lain dari kebiasaannya, gawai buatan China itu digunakan untuk mencari berbagai informasi tentang Indonesia. Tentu saja informasinya tentang Indonesia berbahasa Mandarin.
"Hen piaoliang (indah sekali)," gumamnya sambil menunjukkan gambar-gambar objek wisata pantai di Bangka Belitung kepada neneknya yang duduk di sebelah kanannya.
Baca Juga: Maroko Heboh, 15 Bocah Kena Rabies karena Perkosa Keledai
Objek wisata yang ditunjuk itu, tempat kelahiran neneknya.
"Iya, betul! Ini tempat kelahiran nenek. Sekarang sudah jadi tempat wisata," jawab Chen tidak kalah antusias.
Dari keterangan berbahasa Mandarin yang menyertai gambar-gambar itu, Da menyebutkan bahwa Bangka Belitung merupakan salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan China.
Bocah itu mengakui belum pernah ke Indonesia. Namun, pagi itu dia sangat antusias ketika diajak kakek dan neneknya ke KBRI Beijing.
Kebetulan pula, sekolahnya sedang libur musim panas pada Juli hingga September tahun ini.
Da tidak saja mendampingi kakek-neneknya yang sudah berusia lanjut, melainkan juga bisa mengenali budaya Nusantara yang kaya dan beragam.