Sambil duduk santai, cerita mengalir dari Pintu. Menurut penjelasan sang ibu, namanya lekat dengan sejarah perjalanan keluarganya.
Pada 1999, kedua orang tuanya Iswanto-Luwi menggelar pameran lukisan tunggal di Jakarta. Sebuah keputusan yang sangat berani. Sebab, kondisi perekonomian Indonesia saat itu nyaris lumpuh.
Harga-harga melambung tinggi. Nilai tukar rupiah merosot tajam. Daya beli masyarakat sangat rendah. Jangankan membeli barang sekunder seperti lukisan, tidak sedikit masyarakat yang kesulitan memenuhi kebutuhan primernya.
Lumpuhnya sendi-sendi perekonomian ini juga berdampak pada kehidupan kedua orang tuanya.
Dengan pendapatan pas-pasan plus masih tinggal ngontrak sebuah rumah di wilayah Kasongan, kedua orang tuanya nekat menggelar pameran tunggal untuk dapat bertahan di kondisi yang tak menentu kala itu.
Singkat cerita, tanda-tanda kenekatan kedua orang tuanya tersebut ternyata membuahkan hasil. Hari pertama pameran, sebuah lukisan karya ayahnya laku terjual sekitar Rp20 juta, lukisan yang berjudul Pintu Pemberitahuan.
Bahkan lukisan yang menggambarkan seorang joki memacu kudanya demi berjuang tersebut tak butuh waktu lama untuk dibeli kolektor, hanya 20 menit setelah pameran dibuka.
Seolah jadi pertanda, ibunya lantas berinisiatif memberikan nama Pintu Pemberitahuan kepada janin yang di kandungnya.
Tak berapa lama, sesaat setelah lukisan ayahnya terjual janin laki-laki tersebut kemudian lahir ke dunia. [Rheisnayu Cyntara/Nina Atmasari]
Baca Juga: Liverpool Bikin Van Dijk Jadi Bek Termahal Dunia, Ini Daftarnya