"Yang mengalir ke pasaran paling hanya 50-60 persen dari produksi," kata Syahroni.
Ia berpendapat, bila Kementerian Perdagangan hanya mengacu pada stok di pasar-pasar induk maka itu sebetulnya bukan indikator utama, tetapi hanya salah satu indikator saja sehingga tak bisa disimpulkan Indonesia harus impor. "Kesimpulannya bisa keliru," kata Syahroni.
Hal itu tentu, menurut Syahroni, perlu riset mendalam untuk mengetahui angka pasti kemana saja alur padi dan beras yang keluar dari panen petani.
"Yang jelas kondisi sekarang sudah berbeda dengan dulu saat petani menjual hampir seluruh hasil panen," kata Syahroni.