Penduduk berhamburan setelah bumi terasa berguncang keras, bangunan-bangunan runtuh akibat gempa tersebut.
Gempa berdurasi delapan detik itu seketika mengeluarkan air bercampur lumpur dari perut bumi hingga terjadi gelombang lumpur.
Penduduk limbung, bangunan runtuh, bahkan bergerak dengan sendirinya mengikuti pergerakan tanah bercampur lumpur yang berguncang akibat gempa.
Jalan beraspal patah dan mengerucut, ada pula yang hanyut terseret pergerakan tanah hingga puluhan, bahkan seratusan meter.
Hajali Tenggo (71 tahun), salah satu warga di Petobo Atas yang menyaksikan peristiwa itu menceritakan, saat itu dia berada dalam kamar tidurnya mempersiapkan diri untuk menunaikan salat Maggrib di masjid, yang berjarak sekitar 20 meter dari rumahnya.
Hajali yang sudah ditinggal istrinya karena meninggal dunia, memiliki lima orang anak, yakni Fatrini, Ijan, Mubarak, Fadli, dan si bungsu Rika Wahyuni.
Dalam rumahnya, Hajali tinggal bersama Fatrini dan Rika. Pada rumah itu juga tinggal seorang perempuan bernama Mira, yang merupakan teman Patrini.
Fadli tinggal bersama istrinya, Mira Khairunissa, di sebelah rumah Hajali. Fadli dan Khairunissa telah dikarunia dua anak, Bintang dan Yeyen.
Sementara Mubarak dan Ijan tinggal di rumah mereka masing-masing dengan lokasi berjauhan, meskipun masih dalam satu kelurahan.
Baca Juga: Diduga Makan Mayat Korban Gempa Sulteng, Warga Takut Konsumi Ikan
Hajali dan para penghuni di rumahnya sontak ke luar rumah. Karena guncangan keras, Hajali terpental dan terombang-ambing ke kiri dan kanan sambil berusaha menyelamatkan diri.
Ia berhasil keluar melewati pintu belakang dan menyelamatkan diri.
Nahas bagi Rika dan Khairunissa. Mereka tak mampu menyelamatkan diri. Anak kandung dan anak menantu Hajali itu meninggal dunia di tempat setelah terendam air dan lumpur yang bergolak hingga menutupi seluruh tubuhnya.
"Saat itu kami terpisah, anak dan cucuku sudah di depan jalan sedangkan saya di samping rumah. Anak bungsu dan anak mantu saya berdiri di antara dua rumah yang baru dibangun," katanya Hajali pilu.
Hajali terus berusaha mencari tambatan untuk berpegangan agar dia tidak terpental akibat guncangan. Ia mendekap erat batang pohon belimbing.
Karena merasa tak aman, Hajali berupaya mencari tempat lebih aman namun justru terpental lagi persis di samping dinding rumah tetangganya.