Ia dan timnya sudah tahu bagaimana pola hoaks bekerja.
"Kami sudah hafal betul itu. Saat terjadi bencana, seperti gempa, gunung meletus atau tsunami, berita bohong atau hoaks muncul. Ini jelas merugikan pariwisata Indonesia," ujarnya.
Lantas dari mana hoaks itu datang?
"Ini asalnya dari luar, dari pesaing-pesaing pariwisata Indonesia. Mereka mengambil kesempatan, sehingga pariwisata kita sepi. Ini sudah saya cross check langsung dengan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Klarifikasi soal hoaks menjadi sesuatu yang bersifat segera untuk dilakukan," imbuh Sutopo.
Sementara itu, Staff Khusus Menteri Pariwisata Bidang Komunikasi dan Media, Don Sardono, menjelaskan, peran media sangat besar untuk menangkal pemberitaan yang merugikan. Banchmark-nya tidak perlu jauh.
Negara persaing seperti Thailand dan Malaysia telah melakukan itu. Salah satu kunci keberhasilan pariwisata mereka adalah karena kuatnya dukungan media dalam memberikan persepsi positif, khususnya terhadap kejadian negatif yang dapat merugikan industri pariwisata mereka.
“Kalau ini bisa kita lakukan, pariwisata nasional akan cepat maju. Di sini dibutuhkan kepiawaian para jurnalis dalam membuat lead berita yang negatif agar dapat memberikan persepsi positif ,” katanya.
Ia menambahkan, saat ini Indonesia telah menetapkan sektor pariwisata sebagai sektor prioritas dan core economy negara. Pariwisata diproyeksikan menjadi penyumbang devisa nomor satu di Indonesia.
Untuk itu, ekosistem pariwisata harus diupayakan tumbuh, hidup, dan berkembang dalam iklim yang aman, nyaman, dan kondusif, sehingga memberi effort besar terhadap citra negara dan pencapaian target kinerja pariwisata.
Baca Juga: Tahun Depan, Festival Tanjung Lesung Dibiayai Kemenpar Rp 1,5 M
"Ini merupakan tugas kita bersama, terlebih lagi media sebagai salah satu garda terdepan pariwisata Indonesia," ujar Don.