"Jadi giliran nyoblosnya," kata Ucu.

Disebutkan pula bahwa selama ini warga Kampung Naga tidak pernah terganggu dengan berbagai informasi yang menyesatkan atau kabar bohong yang berkaitan degan calon-calon pemimpin bangsa Indonesia.
Kondisi panas di luar kampung itu, tidak menjadi masalah bagi warga adat, termasuk isu kondisi perekonomian bangsa tentang berbagai harga kebutuhan masyarakat yang naik, bagi warga adat itu tidak masalah selama barang tersebut ada dan mampu dibeli.
Menurut Ucu, semurah apapun harga kebutuhan pokok, tetapi barangnya tidak ada dan tidak mampu dibeli oleh masyarakat, tidak ada artinya. Warga adat tidak mempersoalkan masalah kenaikan harga selama barang tersebut masih bisa dibeli.
Tingkat partisipasi pemilih dari Kampung Naga yang diceritakan Ucu itu, dibenarkan oleh Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Tasikmalaya Zamzam Zamaludin. Dalam hal penyelenggaraan pemilu warga kampung naga selalu baik tingkat partisipasinya. KPU Kabupaten Tasikmalaya selalu berkoordinasi bekerja sama dengan pihak ketua adat Kampung Naga dalam hal menyosialisasikan pelaksanaan pemilu.
"Sosialisasi pernah ada, karena itu penting, apalagi warga yang usianya sudah tua, itu butuh sekali sosialisasi tata cara memilih," kata Urya membenarkan kegiatan sosialisasi dari KPU setempat di kampungnya.
Mereka antusias ikut serta dalam Pemilihan karena memang memiliki kesadaran sebagai warga negara untuk berpartisipasi dalam hal membangun demokrasi, dan kesadaran mereka tentang bernenara sangat tinggi.
"Bahkan aktivitas pemilihan warga adat di sana menjadi destinasi wisata, menjadi perhatian wisatawan," kata Zamzam.
Warga Kampung Naga bersama penduduk lain di sekitarnya memilih di TPS 2 Desa Neglasari, dengan jumlah DPT (Daftar Pemilih Tetap) di TPS 2 untuk Pemilu 2019 sebanyak 298 orang. Pengalaman tingkat partisipasi pemilih di TPS 2 itu sebesar 80 persen.
Baca Juga: Ini Dua Presenter yang Diusulkan Jadi Moderator Debat Keempat Pilpres
Mantan Ketua KPU Kabupaten Tasikmalaya Deden Nurul Hidayat juga membenarkan bahwa sudah lama, masyarakat adat Kampung Naga dikenal sebagai masyarakat yang antusias memberikan hak suaranya pada setiap pemilihan bupati, gubernur, anggota legislatif, maupun pemilihan presiden. Warga yang memiliki hak pilih, selalu semangat datang ke TPS untuk memberikan hak suaranya pada setiap momentum pemilihan, kecuali mereka yang berhalangan seperti sakit.
"Partisipasi tinggi karena patronase kepada tokoh pimpinannya. Selain itu karena kesadarannya juga tinggi," kata Deden.
Bersih dari atribut kampanye
Hal menarik lainnya dari Kampung Naga ini adalah di berbagai tempat, sama sekali tidak terlihat atribut partai atau gambar calon anggota legislatif atau gambar calon presiden dan wakil presiden. Padahal di tempat lain yang masih berada di Desa Neglasari marak terpasang atribut dan alat peraga kampanye itu.
Urya menceritakan bahwa selama masa kampanye ini juga tidak ada calon anggota legislatif, orang partai, atau tim sukses pendukung calon presiden dan wakil presiden yang datang ke Kampung Naga.
"Selama ini tidak pernah ada, karena warga memiliki prinsip jika ingin kampanye harus bersamaan, tidak boleh terpisah dan masing-masing," katanya.