Cerita Nur Dhania, Gadis Indonesia yang Ajak Keluarga ke Suriah Gabung ISIS

Bangun Santoso Suara.Com
Rabu, 27 Maret 2019 | 12:09 WIB
Cerita Nur Dhania, Gadis Indonesia yang Ajak Keluarga ke Suriah Gabung ISIS
Nur Dhania saat ditemui bersama sang ibunda. Ia adalah gadis Indonesia yang sempat mengajak keluarganya bergabung dengan ISIS di Suriah. (Foto: Ari Wu / ABC News)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Nur Dhania menunjukkan sepatu yang dikenakannya saat kabur dari ISIS di Suriah. (Foto: Ari Wu / ABC News)
Nur Dhania menunjukkan sepatu yang dikenakannya saat kabur dari ISIS di Suriah. (Foto: Ari Wu / ABC News)

Khawatir akan akan keselamatan putri mereka, orang tua Nur Dhania akhirnya membuat pilihan yang menakjubkan. Ayahnya, Dwi Djoko Wiwoho rela meninggalkan pekerjaan kelas menengahnya sebagai pegawai negeri senior di Batam, Provinsi Riau.

Dia menjual rumah utama keluarga di Jakarta untuk membiayai perjalanan ke Suriah, melalui Turki.

Dalam minggu-minggu dan bulan-bulan berikutnya, 26 anggota keluarga melakukan perjalanan ke Timur Tengah. Tujuh ditahan di Turki dan dideportasi. Tetapi 19 anggota keluarga, termasuk Nur Dhania dan orang tuanya, berhasil mencapai Raqqa.

Cerita benar-benar berubah tak seperti yang dibayangkan Nur Dhania. Segera setelah keluarganya tiba di Suriah, mereka dipisahkan dan dipaksa untuk hidup terpisah.

Perempuan dan anak perempuan ditempatkan di asrama yang kotor bersama perempuan lain yang tidak mereka kenal. Perkelahian fisik dan perselisihan rumah tangga adalah hal biasa, seperti halnya pencurian.

Pejuang ISIS secara teratur datang ke asrama untuk menekan Nur Dhania, saudara perempuannya dan wanita muda lainnya untuk menikah. Namun berulang kali mereka menolak.

Sementara kerabat laki-laki Nur Dhania dibawa ke kemah selama seminggu untuk mempelajari aturan Syariah.

Mereka diajari menggunakan senjata, termasuk AK-47 dan granat berpeluncur roket. Tetapi Nur Dhania bersikeras bahwa ayah dan pamannya menolak untuk berperang.

"Yang kami inginkan adalah menjadi warga sipil," katanya.

Baca Juga: Melongok Bagian Dalam Rumah Jalangkung yang Buat Heboh Warga Depok

Menolak Berperang

Tetapi Nur Dhania mengatakan, bahwa ketika saudara laki-lakinya menolak mengambil senjata untuk berperang, rezim ISIS menyalahkannya.

"Mereka memerintahkan dan memaksa orang untuk pergi berperang. Tetapi Alquran mengatakan bahwa tidak semua orang harus pergi berperang, dan beberapa orang perlu tinggal di kota," katanya.

Mereka berharap menemukan surga di Raqqa. Namun dalam setahun, keluarga itu berantakan.

Neneknya meninggal karena penyakit. Seorang pamannya terbunuh dalam serangan udara. Sementara yang lain menghilang sama sekali. Bersisa tinggal 17 orang penyintas dan memutuskan sudah waktunya untuk melarikan diri.

Kabur dari ISIS

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI