"Itu jendela yang pecah, bukan kehidupan. Kekerasan justru dari perusahaan-perusahaan kapitalistik. Mereka merusak lingkungan, mereka menghancurkan kehidupan kita semua. Jadi, siapakah yang melakukan aksi vandal sebenarnya?”
Anarkisme di Indonesia
Edward Douwes Dekker alias Multatuli disebut oleh kaum anarkis sebagai inspirator pertama gerakan mereka di Indonesia.
Sebab, teks-teks Multatuli memberikan pengaruh signifikan terhadap pekerja anarkis dan sindikalis di Belanda pada awal abad ke-20.
Hal itu terekam dalam buku karya M Welcker tahun 1992 berjudul ”Eduard Douwes Dekker, Biografisch Woordenboek van het Sosialisme en de Arbeiderbeweging di Nederland.” (hal 45-58).
Penulis Belanda, K van Dijk, dalam buku terbit tahun 2007 berjudul The Nederlands Indies and the Great War 1914–1918, mengutip pernyataan anggota Indian Social Democratic Union yang menyebut Douwes Dekker sebagai ’Nasionalis Anarkis’ (hal 47-50).
Sementara anarkisme sebagai praktik perjuangan, juga terekam ada di Indonesia pada masa pergerakan pra-kemerdekaan.
Misalnya, dalam surat kabar lokal Surabaya, Jawa Timur, yakni Soerabaijasch Nieuwsblad, menuliskan artikel tentang pemberotakan anggota Serikat Tentara dan Pelaut (Union of Soldiers and Sailors), November 1918.
Mereka melawan institusi angkatan laut kerajaan Belanda dan mendirikan dewan tentara dan pelaut. Terdapat pengaruh anarkis dalam gerakan tersebut terekam dalam barisan kalimat artikel Soerabaijasch Nieuwsblad yang menyebutkan: ”Ada pelaut yang sangat muda dengan ide anarkis yang jelas”.
Baca Juga: Pengacara HAM Kecam Aksi Pemukulan Demonstran Anarkis Saat May Day Bandung
Sementara mengenai kelompok anarkis pertama di Indonesia, berdasarkan buku sejarah, muncul antara tahun 1914-1916. Hal terebut terdapat dalam buku Review of the Anarchist Movement in the South Seas.
Pada buku itu, terdapat bukti publikasi anarkis China tahun 1927, bahwa ada kelompok mereka yang menyebar propaganda anarkisme di Hindia Belanda dengan mendirikan surat kabar Minsheng (Suara Rakyat) tahun 1927.
Namun, pada era awal setelah Indonesia merdeka, kaum anarkis di Indonesia tak memunyai peran signifikan.
Bahkan, Presiden Soekarno sempat mengkhawatirkan kecenderungan alias tendensi anarko-sindikalisme di Partai Buruh Indonesia, seperti terdapat dalam buku GA van Klinken tahun 2003, berjudul Minorities, Modernity and the Emerging Nation. Christians in Indonesia, a Biographical Approach. (hal 193).
Gerakan anarkisme di Indonesia kembali mencuat sejak era 1990-an, melalui menjamurnya komunitas-komunitas musik punk dan hardcore.
Kekinian, banyak dari kelompok anarkis di Indonesia melakukan kerja-kerja pengorganisasian di tingkat akar rumput, terutama pada kaum petani dan buruh.