Suara.com - Unik, Jamaah Mesjid Rayakan Idul Fitri Berdampingan dengan Monyet.
Ada momentum langka dan unik yang menandai pelaksanaan Salat Idul Fitri di Masjid Saka Tunggal Baitussalam, Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (6/6/2019) untuk jamaah Aboge.
Momentum langka tersebut, yakni berupa penggunaan alat pengeras suara dalam kumandang azan, khutbah sampai bacaan imam dalam salat.
Di masjid yang diyakini tertua di Indonesia ini, penggunaan alat pengeras suara cukup jarang. Bukan berarti tidak ada, atau rusak.
Alat pengeras suara itu tersimpan rapi di dalam masjid. Namun sudah menjadi kebiasaan, setiap pelaksaan salat wajib 5 waktu maupun salat Jumat, tidak pernah menggunakan pengeras suara.
Demikian halnya dalam serangkaian ibadah di bulan Ramadan. Dari pelaksanaan salat tarawih sampai tadarus Alquran, pengeras suara tidak difungsikan.
Alat pengeras suara untuk azan dan pelaksanaan ibadah itu, baru digunakan pada waktu tertentu. Satu di antaranya untuk momentum salat Idul Fitri kali ini.
“Untuk pelaksanaan ibadah salat pada hari biasa, salat Jumat sampai Ramadan, memang tidak menggunakan pengeras suara. Untuk Idul Fitri dan Idul Adha, baru digunakan,” kata Imam Masjid Saka Tunggal Baitussalam yang juga juru kunci generasi ke-12, Sulam, ditemui usai pelaksanaan salat Idul Fitri.
Sulam menjelaskan, penggunaan alat pengeras suara dalam pelaksanaan salat berkaitan dengan segi kebutuhan.
Baca Juga: Masjid Agung Al Azhar Siap Tampung 25.000 Jamaah Salat Ied
Dalam pelaksanaan salat Idul Fitri kali ini diikuti 500 an jamaah. Jika mengandalkan suara murni, dikhawatirkan tidak sampai kepada makmum terjauh. Karena itu, penggunaan alat pengeras suara mutlak diperlukan.
Berbeda dengan salat wajib 5 waktu atau salat Jumat yang jamaahnya berkisar 100 orang. Dengan jumlah itu, suara murni imam salat dirasa masih terdengar sampai ke makmum terjauh.
“Jadi (pertimbangan memakai pengeras suara atau tidak itu) mempertimbangkan segi kebutuhan. Tidak ada aturan khusus, pantangan, atau amanat pendahulu,” kata Sulam.
Sekalipun, jarangnya penggunaan alat pengeras suara di masjid itu sudah berlaku secara turuntemurun.
Sementara itu, momentum unik terjadi dalam acara salam-salaman seluruh jamaah. Banyaknya jamaah membuat barisan mengular sampai ke depan rumah juru kunci, hingga mendekati pintu masuk area makam.
Hidup Berdampingan dengan Monyet