Bahkan untuk urusan kebersihan diri saja dia sudah tidak terlalu peduli, bau pesing di rumahnya diakuinya sebagai akibat tingkah buruknya sendiri.
"Bau pesing kalau saya sering lupa buang air kecil di depan situ lupa disiram, saya suka minta air ke tetangga buat siram," ucapnya.
Sementara untuk mandi, Kudus mengandalkan wc umum milik RW yang terdapat di samping rel kereta.
"Kalau ke WC ya, WC umum bayar Rp 2 ribu itu sekalian semuanya, kadang juga nggak bayar, orang juga sudah paham pak," ungkap Kudus.
Enggan Meminta-minta
![Kudus (55), beraktivitas di rumahnya di Kawasan Kalianyar, Jakarta Barat, Selasa (5/11). [Suara.com/Angga Budhiyanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/11/06/22751-kudus.jpg)
Meski hidup serba kesusahan, Kudus mengaku tidak mau meminta-minta dan berusaha menolak bantuan tetangga karena malu.
"Tetangga kadang juga ngasih, cuma saya seringnya menolak, karena malu, jangan bu jangan kasih setiap hari, kita juga orang susah juga," kata Kudus.
Dia juga enggan menerima bantuan listrik dari tetangga dan pengurus RW yang berniat membantu.
"Pernah saya ditawarin tetangga saya enggak mau, saya suka gelap-gelapan saya bilang," ujar Kudus.
Baca Juga: Kisah Kudus, Warga Jakarta Hidup Tanpa Listrik
Untuk makan dan bertahan hidup, Kudus mengumpulkan botol di depan rumahnya yang dibungkus dalam satu karung plastik putih.
"Biasa dapat Rp 5 ribu sampai Rp 10 ribu dari kumpulin botol ini dikasih ke pengepul. Atau pemulung datang kasih uang ke saya, ya cukup buat makan," imbuh Kudus mengakhiri cerita.