Sementara itu, generasi ke-4 pewaris keroncong tugu sekaligus pemimpin kelompok Keroncong Tugu Cafrinho, Guido Quiko mengemukakan, memang dalam bermusik dirinya beserta anggota kelompok Cafrinho tidak pernah membicarakan agama.
Mereka justru saling merangkul demi melestarikan musik peninggalan kakek buyut mereka yang keturunan Portugis. Guido bahkan menjelaskan, seluruh unsur mulai dari budaya, orang per orang hingga apa saja yang berada di Kampung Tugu termasuk Gereja Tugu memiliki keterkaitan atau hubungan satu dengan yang lain dan tidak terpisahkan.
"Apapun di Tugu ini gak bisa dilepasin baik itu kuliner, kesenian apalagi masyarakatnya. Sekarang kita sudah mulai bercampur karena banyak juga saudara-saudara kita yang memeluk agama muslim karena dia dapeet jodohnya mungkin begitu," ujar Guido ditemui di kediamannya di Kampung Tugu.
"Tapi bukan berarti mereka muslim enggak boleh mereka ajak, enggak. Malah kita rangkul karena apa? Karena kita enggak bicara agama di Tugu ini kita sama sekali enggak ngomongin agama. Kita cenderung kepada bagaimana kita ini hidup sebagai saudara satu darah. Banyak saudara-saudara kita yang muslim ikut bantu datang acara kebaktian."
Ia mengungkapkan, banyak dari anggota kelompok Keroncong Tugu Cafrinho yang beragama Islam, namun tetap tidak masalah ketika ikut mengiringi musik untuk ibadah umat kristiani di Gereja Tugu.
"Iya kita di musik kita enggak bicara agama gitu kan mau apapun juga lagunya kita ini hanya pemain musik bukannya kita orang fanatik gitu, enggak. Kita orang seniman gini enggak bisa dianggap kita ini mentang-mentang kita Kristen enggak mau iringin lagu lebaran," ujarnya.
Baik Alfons maupun Guido dan masyarakat Kampung Tugu merupakan contoh nyata dari keberagaman dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia yang memang sejak dahulu sudah ada. Alfons menambahkan, kerukunan di Kampung Tugu tetap terjaga hingga kini karena para orang tua mereka terdahulu yang melestarikan, mengajarkan, dan menanamkannya kepada anak cucu sebagai generai penerus.
"Yang penting ada contoh daripada orang tua yang menjaga budaya itu terus dilestarikan ke anak cucu. Jadi setiap ada budaya seperti itu dilestarikan ke generasu penerus bahwa inilah arti dari budaya kita. Bahwa memang kita itu dari dulu itu harus menjaga persaudaraan, harus menjaga kekeluargaan, harus menjaga toleransi."
Baca Juga: Jelang Malam Natal, Gegana Sterilisasi Gereja Katedral