Suara.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim membeberkan tiga dosa dalam unit pendidikan di Indonesia. Dosa-dosa itu, bagi Nadiem, harusnya diberi kartu merah.
Salah satu dosa yang dimaksudnya adalah kasus perundungan atau bullying.
"Menurut saya, itu suatu hal yang harusnya kartu merah. Bullying seperti itu harus ada penindakan yang tegas dari kepala sekolah kepada murid," kata Nadiem kepada Deddy Corbuzier dalam video yang diunggah ke kanal YouTube Deddy Corbuzier, Minggu (8/3/2020).
Melalui video berjudul "Kuliah Gak Penting!? feat Nadiem Makarim" itu, Mendikbud menjelaskan dosa-dosa lain dalam unit pendidikan di Indonesia.
Nadiem berkata, "Ada tiga dosa di dalam unit pendidikan kita. Menurut saya, harusnya kartu merah. Satu adalah intoleransi. Kedua adalah kekerasan atau bullying. Yang ketiga adalah pelecehan atau kekerasan seksual".
Menurutnya, tiga persoalan ini tidak perlu lagi diperdebatkan dan harus ada penindakannya yang tegas. Ia juga berharap ada pertanggungjawaban dari sekolah bahwa hal-hal seperti itu tidak terjadi di lingkungannya.
"Makanya di dalam Asesmen Kompetensi, yang mengganti UN itu yang sekarang cuma mengukur sekolahnya bukan mengukur muridnya, itu ada numerasi, literasi dan survei karakter," ujar Nadiem.
Ia melanjutkan, "Survei karakter ini pertanyaan-pertanyaan mengenai kondisi ekosistem di dalam sekolah. Well-being (kesejahteraan) dia, bullying, toleransi dan lain-lain, itu ditanyakan di situ. Ada skornya".
Nadiem mengakui bahwa selama ini sistem pendidikan di Indonesia tidak dapat mengukur situasi lingkungan di sekolah seperti itu.
Baca Juga: Istana Minta Warga Tak Jadikan Corona Bahan Lelucon di Medsos
"Kita harus mengukur dan menindak. Selama ini kita buta terhadap situasi apa yang terjadi di dalam sekolah," ucapnya.
Bullying anak-anak pengaruh orang dewasa
Menurut Nadiem, maraknya kasus bullying anak-anak tidak terlepas dari pengaruh orang dewasa.
Kepada Deddy, Nadiem menjelaskan, "Kalau kita melihat topik bullying. Dari hasil PISA (Program Penilaian Pelajar Internasional) itu kelihatan sekali waktu kita mensurvei anak-anak Indonesia. Ini ironisnya, anak-anak Indonesia itu salah satu yang paling relatif bahagia. Tapi insiden bullying sangat tinggi".

Ia mengatakan bahwa bullying bukan hanya terjadi secara fisik. Sebab cyber bullying atau perundungan yang terjadi di media sosial jauh lebih susah dihilangkan.
Nadiem justru heran jika ada mengatakan maraknya kasus bullying anak-anak karena krisis karakter.