Aktivis Kawal Covid-19: Pusat Tak Mau Ada Lockdown, Daerah Tanggung Risiko

Selasa, 24 Maret 2020 | 12:54 WIB
Aktivis Kawal Covid-19: Pusat Tak Mau Ada Lockdown, Daerah Tanggung Risiko
Ilustrasi Lockdown. (Shutterstock)

Suara.com - Aktivis gerakan Kawal Covid, Ainun Najib, berpendapat para kepal daerah akan menanggung konsekuensi dari keputusan pemerintah yang tidak akan me-lockdown kota-kota terjadinya kassus Covid-19.

Pasca keputusan pemerintah pusat yang tak akan me-lockdown wilayah episentrum Covid-19 di Indonesia seperti Jakarta dan Bali dinilai akan menyebabkan penyebaran di wilayah-wilayah baru di seluruh Indonesia.

BACA JUGA: Soal Lockdown, Fadli Zon: Kalau Banyak Korban, Jokowi Harus Tanggung Jawab

"Para Bupati dan Wali Kota se-Indonesia harus bersiap. Karena Pemerintah Pusat sudah memutuskan tidak akan ada lockdown (Misalnya untuk Jakarta, Jabodetabek, Bali), maka wabah dari episentrum-episentrum itu akan tak terelakkan mencapai penjuru nusantara, masuk Kabupaten/Kota Anda," tulisnya melalui Twitter pada (22/3/2020).

Cuitan Ainun Najib soal pemerintah tak mau ada lockdown
Cuitan Ainun Najib soal pemerintah tak mau ada lockdown

Ainun memberikan perbandingan dengan menyebut bagaimana China melakukan lockdown terhadap Wuhan. Cara ini dinilai sebagai langkah yang signifikan dalam mengurangi angka kasus Covid-19.

"Belajar dari China, mereka langsung drastis melakukan lockdown. Kota Wuhan terlebih dahulu di-lockdown, supaya tak menyebar keluar. Beberapa hari kemudian, satu provinsnya sekalian (Hubei, Wuhan itu ibu kota provinsinya). Beberapa hari kemudian, kota-kota besar lain juga." sambungnya dalam sebuah utasan.

BACA JUGA: Jika Lockdown Diterapkan, 5 Profesi Ini yang Paling Merasakan Imbasnya

Ainun juga menyebutkan dengan melakukan lockdown secara bertahap terhadap kota-kota episentrum covid-19, China menjadi lebih mudah untuk mengirimkan tenaga medis.

"Sepanjang hari-hari setelah itu, kita lihat China jelas medan pertempurannya: Hubei dengan titik utamanya Wuhan. Tenaga medis dari seluruh penjuru China dikerahkan ke medan pertempuran utama. Kenapa? Karena kota asal mereka relatif aman, ada lockdown di titik-titik sumber wabah," tulisnya.

Baca Juga: Beredar Perawat Terusir karena Tangani Corona, Pemerintah: Apa Manusiawi?

Ia menyimpulkan bahwa langkah tersebut berhasil mengubah grafik pertumbuhan kasus Covid-19 di China.

"Dan seringkali kita lihat dalam minggu-minggu itu (Februari-Maret), bahkan pelaporan statistik pun memisahkan angka & grafik pertumbuhan antara: Hubei vs "The Rest of China". Beda. Analoginya: harusnya di Indonesia kita bisa bilang 'Jabodetabek, Bali dan The Rest of Indonesia'" tambahnya.

Namun, Ainun mengaku ia tetap menghormati keputusan Presiden Jokowi yang enggan me-lockdown wilayah yang menjadi episentrum Covid-19.

BACA JUGA: Corona Menyerang Italia sampai Lockdown, Warga: Awalnya Kami Meremehkan

Hanya saja, Ia mengingatkan bahwa konsekuensi dari keputusan ini akan ditanggung pemerintah daerah yang harus bersiap jika terjadi penyebaran kasus corona di wilayahnya.

"Namun Indonesia akan berbeda. Kita hormati keputusan Presiden @jokowi yang menyatakan tidak akan ada lockdown. Bahkan terkesan memveto/menstop beberapa Kepala Daerah yang mempertimbangkan itu. Konsekuensinya: Kab/Kota se-Indonesia harus bersiap masing-masing. Waspadalah," pungkas Ainun.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI